Chapter 29: Kau Milikku
Dendi meraih ponselnya lalu menekan tombol panggilan cepat,yng tersimpan di ponselnya, lalu menghubunginya.
" Bro... lu lacak Vania dimana dia sekarang dan rutenya kemana saja hari ini. Aku ingin tahu apa saja yang di lakukannya, Sekarang ya, gua butuh itu cepat.!"
Belum lagi dendi mendengar jawaban dari seberang, ia sudah mematikan ponselnya lalu melempar sekenanya di kursi sebelah dan jatuh berserakan di lantai mobil.
" Awas saja kalau sampai aku tau keberadaanmu dengan pria laknat itu, akan aku seret kau dalam keadaan telanjang sekalipun! Kau itu milik ku, dan kau sudah aku beli dengan nominal 5 Miliar, jadi kau harus ikuti apapun keinginanku dan kemana pun aku pergi, jangan coba - coba menghilang seperti ini, Kau milik ku wanita Jalaaaangg....milikku.!!”
Teriak Dendi yang sudah menutup kaca mobilnya, dan melaju dengan sedikit pelan, Karena ia bingung harus kemana arah yang ia tuju karena nanti jam 3 sore ia ada Jadwal untuk operasi pasien.
Kalau pun menemui wanita - wanita koleksinya, tentu membutuhkan waktu lebih, Karena menghabiskan waktu bersama mereka itu butuh tenaga extra, Sedangkan saat ini yang ada di kepalanya hanyalah Vania dan bayangan pria muda nan tampan yang bersamanya. Dari penampilan pria muda yang ia lihat kemarin, pria itu terlihat bukan pria sembarangan pasti minimal ia seorang CEO sebuah Perusahaan, atau putra keluarga kaya.
Oleh karena itu Dendi berfikir sebelum ia kembali kerumah sakit ia harus sudah tau keberadaan wanita sialan yang selalu berhasil mengubah ubah moodnya dalam waktu sekejap. Ia tak mau ketika menangani pasien di meja operasi pikiran nya kacau sehingga memperoleh hasil yang kurang maximal dan itu akan mempengaruhi reputasi nya sebagai salah satu dokter bedah Toraks dan Kardiovaskular yang terbaik di negeri ini. Sehingga dengan nama besarnya di dunia kedokteran yang begitu sempurna, ia tak ingin mengotori namanya dengan melakukan kesalahan hanya karena seorang wanita.
Dendi popularitas yang di milikinya di dunia medis, ia hampir tak pernah sekalipun melewatkan harinya tanpa pergulatan di meja operasi rumah sakit miliknya.
Tak hanya rumah sakit milik keluarganya ia juga praktek di beberapa rumah sakit terkenal lainnya di Jakarta. Begitulah pentingnya seorang Dendi Sanjaya di dunia kesehatan. Ya, Dendi Sosok yang sempurna untuk kategori seorang dokter, ia terbilang sangat genius dengan keterampilan tangannya di meja operasi serta beberapa diagnosa yang selalu tepat, membuatnya menjadi dokter pilihan.
***
Jam telah menunjukkan pukul 01.30 WIB, ia memutuskan untuk kembali kerumahnya mengganti pakaian dan bertukar mobil.
Dendi ketika berangkat kerumah sakit hampir tidak pernah mengemudi sendiri lagi, saat ini ia memilih di temani oleh sopir pribadinya, terkecuali ia pergi menggunakan sepeda kesayangan hadiah yang ia peroleh dari peninggalan istrinya yang sudah membuatnya kecelakaan sepeda yang pernah ia alami, dan membawanya bertemu dengan Vania yang selalu berhasil menguras pikirannya setiap saat.
Dendi sang dokter bedah profesional dan berbakat, dengan tanpa cacat dalam bertindak, meskipun ia lebih di kenal sebagai dokter killer di ruang operasi, karena ia akan langsung marah ketika mendapati dokter yang menjadi asistennya di meja operasi atau perawatnya melakukan kesalahan. Ia tak segan - segan mengusir mereka dari kamar operasi, ketika salah satu dari tim nya melakukan sesuatu yang mengganggu konsentrasinya, tak cukup hanya di usir dari kamar operasi, biasanya mereka juga akan mendapat sanksi darinya. Tak jarang tim medis yang bersamanya akan berurai air mata setelah mendengar makian kasar darinya ketika melakukan kesalahan, sekecil apapun kesalahan itu, termasuk ketika salah satu dari mereka tanpa sengaja menjatuhkan sesuatu kelantai dan mengakibatkan konsentrasinya terganggu.
Selain kecerdasan yang di milikinya, Ia membiasakan diri melakukan sesuatu dengan penuh kedisiplinan dan ketelitian sehingga ia selalu selesai dengan hasil sempurna, itu mengapa ia sangat populer di kalangan dunia medis. Terbukti banyak pasien yang rela datang jauh - jauh, hanya untuk berobat dengannya dan hasilnya biasanya tidak pernah mengecewakan. Ia sangat ambisius dalam bekerja, Itu merupakan salah satu hal yang membuat rumah sakitnya sangat terkenal dan mencapai growth lebih dari 50% pertahunnya, hingga membuat rumah sakit itu kini memiliki banyak cabang di berbagai Kota di Indonesia.
***
Siang itu, Dendi telah sampai dikawasan elit tempat tinggalnya, ia langsung memasuki rumah, begitu pintu terbuka, seketika tercium aroma wangi masakan bu Innah yang membuat perutnya keroncongan, hampir saja ia lupa makan karena memikirkan keberadaan Vania.
Tanpa memperhatikan sekitar, ia melangkahkan kaki menuju meja makan, begitu ia duduk, kepala asistent rumah tangga itu mengetahui jika tuannya saat itu ingin menikmati masakannya.
Tak menunggu waktu yang lama, bu Innah langsung memberi kode kepada pelayan lainnya agar menyajikan semua menu ke meja makan, dimana sang majikan tengah duduk.
Dengan kecepatan kilat, dan gerakan profesional semua bekerja sama menghidangkan makanan keatas meja dengan susunan yang rapi, sehingga menambah selera siapapun yang duduk di meja itu meningkat drastis. Karena semua terlihat nikmat.
Dendi mengambil nasi dan makanan yang sudah lengkap di atas meja ke dalam piringnya, perlahan ia menyendokkan ke mulut, sembari menatap pemdangan yang berada di depan meja makan, seperti biasa yang ia lakukan ketika menikmati hidangan, ia akan memanjakan matanya dengan pemandangan taman belakang rumah.
Baru saja ia hendak mengunyah makanannya, tapi ia tertegun menyaksikan pemandangan yang menyejukkan hati.
Seketika ia menghentikan aktivitas makannya, sendok di tangannya kini sudah berpindah diatas piring. Ia begitu asyik menyaksikan pemandangan yang menyejukkan hatinya, bak seorang pejalan kaki di gurun pasir siang bolong lalu mendapat siraman air es, sejuk terasa sampai ke ubun ubun, begitulah kira - kira perasaan Dendi saat ini. Sejuk dan nyaman menyaksikan apa yang di lihatnya.
Bu Innah menatap kearah sang majikan yang lebih memilih menikmati pemandangan di hadapannya daripada mengisi perut, ia berbisik sembari berjalan
" Nyonya Vania mengajarinya berjalan daritadi pagi tadi tuan.. Non Meella terlihat bahagia bersama nyonya, ia tertawa terus walaupun beberapa kali terjatuh, tapi non Meella tetap berusaha bangkit.."
Dendi tersentak mendengar jawaban bu Innah, kepala asisten rumah tangganya.
" Bukannya Vania tadi pergi Buk.?? "
Tanyanya sembari menoleh menatap bu Innah penasaran dengan jawaban asisten rumah tangganya.
Bu Innah tersentak, mendengar pertanyaan Dendi yang tak ia sangka mengetahui Vania pergi pagi ini, dengan perasaan merasa sedikit bersalah karena telah lancang memberikan izin, bu Innah menjawab
" Benar Tuan. Nyonya Vania pergi tadi pagi izin sama saya untuk ambil baju sama bedak , dan henponnya, tapi nyonya Vania langsung balik sini lagi, gak sampe sejam malahan "
Ujar Bu Innah seraya berjalan menuju dapur untuk mengecek masakannya.
Dendi terdiam mendengar penjelasan kepala Asisten rumah tangganya, ia langsung lemas mengingat tuduhan yang telah ia lontarkan kepada Vania.
Ia merutuki dirinya yang selalu tak dapat mengontrol emosinya ketika menghadapi segala sesuatu yang bersangkutan dengan Vania. Semua jadi meledak - ledak tak terkontrol, Dan ia tak tahu apa penyebab ini semua, terkadang itu yang membuatnya putus asa.
Dendi tersenyum melihat reaksi anaknya yang terlihat sangat bahagia dengan proses belajar berjalannya, mereka terlihat seperti ibu dan anak. Pemandangan yang tak pernah ia lihat selama, karena sehari hari Cameella biasanya berada di dalam kamar yang memang sudah memiliki fasilitas yang lengkap.
Dan Tak terasa umur Cameella sudah jalan 10 Bulan, bahkan selama ini, ia hampir tidak pernah mengajak putrinya itu berjalan keluar rumah sekedar menikmati riuhnya suasana luar dan melihat betapa luasnya dunia ini, Ia selalu sibuk dengan dirinya sendiri dan para wanita yang ada di sekitarnya demi memuaskan hawa nafsu.
Dendi menghela nafas dalam lalu melanjutkan makannya, kemudian ia bergegas menuju rumah sakit karena jam sudah menunjukkan pukul 14.15 Wib. Ia meminta supir pribadinya melajukan mobilnya segera menuju rumah sakit, ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa berkumpul kembali bersama Vania dan keluarga kecilnya.
Sesampainya di rumah sakit, ia menyapa hampir semua staff rumah sakit yang berpapasan dengannya, hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, ia mengembangkan senyum setiap bertemu dengan rekan sejawatnya.
Binar diwajahnya terlihat dengan jelas, hatinya berbunga - bunga, ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit tempatnya bertempur bersama pisau bedah di meja operasi dengan penuh semangat. Tim bedah yang berada di ruangan operasi bersamanya saling pandang mendapati sikap kepala departement bedah itu. Dendi memegang pisau bedah dengan lebih rilex, bahkan sesekali ia berdendang. Hal itu terjadi hingga akhir.
Daftar Chapter
Chapter 1: ACCIDENT
1,743 kata
Chapter 2: Nice To Meet You
1,463 kata
Chapter 3: Remember You
1,484 kata
Chapter 4: Meet You Again
1,275 kata
Chapter 5: Inner Beauty
1,502 kata
Chapter 6: Your Hug
1,800 kata
Chapter 7: Beside You Im Happy
1,634 kata
Chapter 8: Della Coming
1,681 kata
Chapter 9: Sad Day
1,592 kata
Chapter 10: Mr. Adam
1,447 kata
Chapter 11: Im Not Crazy
2,057 kata
Chapter 12: 5 Miliar
1,675 kata
Chapter 13: Penthouse
1,627 kata
Chapter 14: Mr. Verrel Gondokusumo
1,642 kata
Chapter 15: Debt Collector
1,731 kata
Chapter 16: Sleeping with Mr. Mafia
1,327 kata
Chapter 17: Hot Night with Mr. Mafia
1,378 kata
Chapter 18: Breakfast with Mr. Mafia
1,496 kata
Chapter 19: Mistery Closed
1,334 kata
Chapter 20: Della - Dendy
1,353 kata
Chapter 21: Verrel
1,693 kata
Chapter 22: Verrel Coming
1,359 kata
Chapter 23: Sakura
1,346 kata
Chapter 24: On the way Batam
1,419 kata
Chapter 25: Kabar
1,305 kata
Chapter 26: Its Hurt
1,359 kata
Chapter 27: Della with Dendy
1,266 kata
Chapter 28: For Sale
1,376 kata
Chapter 29: Kau Milikku
1,378 kata
Chapter 30: Batam
1,331 kata
Chapter 31: Daniar Sexy Mafia
1,289 kata
Chapter 32: Nyonya Iriana Sanjaya
1,320 kata
Chapter 33: Verrel is Back!
1,345 kata
Chapter 34: Fly
1,301 kata
Chapter 35: Private Jet
1,299 kata
Chapter 36: Meet Isabella Watson
1,294 kata
Chapter 37: Carroline
1,329 kata
Chapter 38: Sleeping with You
1,298 kata
Chapter 39: Party with Handsome Boys
1,207 kata
Chapter 40: Crazy Della is Back!
1,314 kata
Chapter 41: The Power of Verrel
1,313 kata
Chapter 42: Breaking News
1,329 kata
Chapter 43: Devika Sexy Secretary
1,314 kata
Chapter 44: Back to Jakarta
1,280 kata
Chapter 45: Strategy
1,330 kata
Chapter 46: Edward Mahaputra
1,339 kata
Chapter 47: Where Are You Vania
1,325 kata
Chapter 48: Meet Up Sarah
1,321 kata
Chapter 49: Tekad
1,350 kata
Chapter 50: Putus
1,279 kata
Chapter 51: End Story Of You
1,296 kata
Komentar Chapter (0)
Login untuk memberikan komentar
LoginBelum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!