Chapter 1: Prolog
"Cinta itu unik. Datang di saat yang tak tepat. Di mana sang terkasih harus bersanding dengan yang lain. Tak ada lagi gunanya aku memelihara rasa ini. Biarlah ku bawa bersama impianku. Pergi ke kota lain yang jauh. Berharap seiring berjalannya waktu. Rasa itu akan sirna" (Sandra Kauny)
Sandra menghela napas. Sesak di dadanya kembali terasa saat bayangan Faiz melintas begitu saja tanpa permisi. Ya, hari ini pria itu akan menikah dengan seorang wanita yang tak lain adalah sahabat dekatnya, Dewi Anggraeni. Dia tak menyangka, juga tak bisa menyalahkan keadaan. Karena rasanya pada Faiz,tak pernah terucap. Dia hanya memberi sinyal saja. Namun sayang, sinyal itu tak sampai pada sang pujaan hati.
Untung, Sandra telah menyelesaikan pendidikannya di fakultas kedokteran. Koas pun sudah dilaluinya dengan baik. Kini gelar dokter sudah di sandangnya, bertepatan dengan hari lamaran Faiz dan Dewi. Dia harus merasakan bahagia sekaligus sedih secara bersamaan. Karena semua pendidikan sudah selesai, dia memiliki alasan untuk pergi jauh untuk sementara waktu, sampai hatinya bisa ikhlas menerima semua kenyataan ini.
Supir bus sudah duduk di kemudi dan menyalakan mesin. Pelan bus mulai melaju. Sandra menatap keluar jendela sambil tersenyum miris.
"Selamat atas pernikahan kalian berdua! Semoga kalian bahagia selamanya. Maaf, aku tak bisa menghadiri acara pernikahan kalian berdua. Hatiku tak sanggup melihat semuanya. Aku pergi. Semoga seiring berjalannya waktu! Aku bisa menerima kenyataan ini," gumamnya dalam hati.
Bus sudah melaju keluar dari terminal menuju kota tempat kelahiran sang ibu di Garut. Sandra memutuskan untuk menjadi dokter di salah satu rumah sakit di sana. Ia juga bisa sering bertakziah ke makam ayah dan ibunya dan mengenang masa-masa indah di rumahnya dulu. Untung kakaknya–Rama, tidak menjual rumah itu. Sehingga, dia bisa tinggal di sana.
Di sebuah rumah yang memiliki halaman yang luas, Faiz dan Dewi bak raja dan ratu sehari. Mereka berdua berdiri berdampingan sambil menyalami tamu satu per satu.
Mata Faiz tak pernah lepas dari pintu masuk tamu undangan. Ada seseorang yang dia tunggu kehadirannya. Sampai dia melihat sepasang suami-istri, Rama dan Mita. Sayang, orang yang dinanti tidak terlihat datang bersama mereka berdua.
Rama dan Mita berjalan menuju pelaminan untuk mengucapkan selamat kepada sepasang pengantin yang berdiri di sana. Ia menyalami kedua orang tua Dewi yang duduk di samping Faiz.
"Lho! Sandra mana?" tanya Bu Farah, Ibunya Dewi.
"Kebetulan, Sandra ada panggilan kerja. Jadi maaf, adikku nggak bisa hadir." Rama terpaksa berbohong karena dia tak mungkin mengatakan tentang perasaan Sandra yang sebenarnya.
"Alhamdulillah, Sandra kerja di mana?" tanya Bu Farah ingin tahu.
“Di salah satu rumah sakit di Garut. Mari, Bu!” Rama berbasa-basi sebentar, lalu berjalan kembali diikuti Mita. Dia tak mungkin berlama-lama mengobrol karena antrian sudah mengular.
"Selamat, ya, Bro! Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warrahmah." Rama memeluk Faiz.
"Aamiin. Terima kasih, Ram!" Faiz melepas pelukannya. Dia tak banyak berkata-kata. Hatinya kecewa karena di hari bahagianya. Sandra tidak bisa hadir.
"Selamat ya, Wi!" ucap Rama dan Mita.
"Kenapa Sandra tega, sih, nggak datang di hari pernikahanku? Padahal, kan, dia bisa menunda dulu keberangkatannya!" Dewi cemberut. Dia berjanji kalau bertemu lagi sama sahabatnya itu akan diomelinya panjang kali lebar.
"Maafkan, Sandra! Panggilannya mendadak jadi dia harus segara berangkat," jelas Rama. "Lihat, antriannya sudah panjang! Kakak ke sana dulu, ya!"
Dewi menganggukkan kepala. Rama dan Mita lanjut menyalami orang tua Faiz. Setelah itu berjalan menuju meja prasmanan yang menyediakan berbagai hidangan.
Daftar Chapter
Chapter 1: Prolog
562 kata
Komentar Chapter (0)
Login untuk memberikan komentar
LoginBelum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!