')">
Progress Membaca 0%

Chapter 1: Pacar Online dari Paris

Mrs Dream Writer 23 Aug 2025 1,090 kata
GRATIS

“Halloo, my loveee…”

Layar ponsel Paris Senja—atau yang akrab disapa Iis—menampilkan wajah seorang pria asing dengan senyum manis dan logat bahasa Inggris yang kental. Di sekeliling Iis, ruang kelas kampus Fakultas Hukum Internasional UNBAND terasa makin ramai. Bukan karena dosen masuk, tapi karena teman-temannya heboh melihat Iis lagi-lagi video call dengan sang pacar online bule.

“Heiii, Iis… pacar bule maneh datang deui, nya?” goda Asep, teman sekampus yang asli Garut, dengan logat Sunda medok.

“Waduhhh, Iis… pacar online sampean kayak artis Hollywood sih, wey. Jangan-jangan editan ini mah!” celetuk Joko, mahasiswa asal Solo yang hobi guyon dengan logat Jawanya yang alus.

“Alahhh, oi Iis! Jangan kau bilang itu pacar beneran, ya. Mukanya di layar saja, tak pernah nyata-nyata. Bisa aja kau diboongin, bah!” seru Togar, anak Batak yang suara bass-nya bikin semua kepala nengok.

Belum sempat Iis menjawab, tiba-tiba dari pojokan kelas terdengar suara berat bernada ceria, khas Papua. “Eh eh, kawan-kawan, kasih chance dulu. Si Iis ini cinta sejati, jangan diganggu. Kalau bule itu tipu-tipu, baru kita semua bilang—‘Iis, ko bego sekali!’ Hahaha!”

Seketika kelas meledak dengan tawa.

Iis mendengus, pipinya memerah. “Aduh, kalian tuh yaaa, rese banget. Ini tuh cinta beneran, bukan main-main. Marco itu serius sama aku!”

Di layar, Marco tersenyum kecil, lalu melambaikan tangan. “Hey, guys… hello from Paris!” katanya dengan logat Perancis yang kental.

Seketika seisi kelas hening, lalu—

“Wooooooiiii! Pacarnya bisa ngomong, men!” sorak Togar dengan suara keras. “Eh Iis, pacarmu greeting kita pula. Mantap kaliii!”

Iis tersipu, sementara Marco lanjut berbicara. “Baby, I miss you. When will you come to Paris? I want to introduce you to my friends here at Bouygues Construction.”

Mata Iis berbinar. Bouygues Construction! Perusahaan besar di Perancis yang bergerak di bidang konstruksi dan teknik sipil. Nama perusahaan itu jelas bukan kaleng-kaleng.

“Waw… Marco kerja di Bouygues Construction, coy!” Asep langsung nyeletuk, matanya melotot. “Itu perusahaan gede pisan, bisa bangun menara, gedong pencakar langit. Mantap euy!”

Joko ikut nimbrung, “Lha, berarti pacarmu insinyur kelas internasional toh, Is? Wah, mantap tenan. Cepat-cepatlah kau ke Paris, siapa tahu nanti nikahanmu di bawah Eiffel, hehe.”

Sementara itu, Togar cuma geleng-geleng. “Tapi jangan cepat percaya, oi. Banyak kali yang ngaku-ngaku. Nanti ujung-ujungnya minta duit!”

Iis memonyongkan bibirnya, kesal. “Ih, kalian sirik aja deh. Nggak usah ngurusin urusan hati orang. Ini aku lagi bahagia, ngerti nggak?”

Di layar, Marco kembali menatap Iis dengan sorot mata memelas. “Baby… I need your help. I want to buy a special gift for you. A necklace. But… my salary this month is late. Can you send me some money first? I promise, next week, after my payment comes, I will return it double.”

Ruangan langsung mendadak hening. Semua telinga yang tadi ketawa-ketawa, sekarang fokus mendengarkan.

“NAH, KAN!” teriak Togar sambil mengacungkan jari telunjuknya. “Kubilang apa tadi? Duit, duit, duit! Itu yang dia mau, Is!”

“Eh, belum tentu lah!” bela Iis cepat. “Kalian jangan negatif thinking gitu. Marco tuh kerja di perusahaan gede. Masa iya bohong? Dia cuma lagi kepepet aja.”

Asep menyahut sambil garuk-garuk kepala. “Is, aku sih da weleh weh ya, tapi masa insinyur di perusahaan sakumaha gede kitu kudu pinjem duit sama maneh? Da aneh, Is.”

“Bener kata Asep,” timpal Joko, “mosok wong kerja di Bouygues Construction nggak punya tabungan? Yo mbok mikir sek.”

Namun Iis menepis semua. “Udah ah! Kalian tuh nggak ngerti. Namanya juga pasangan, harus saling bantu. Lagian ini hadiah buat aku. Jadi aku juga yang akan seneng dapet kalungnya.”

Marco tersenyum penuh terima kasih. “You are the best, baby. Just transfer me two million rupiah, and I’ll buy the necklace for you.”

Iis manggut-manggut tanpa ragu. “Okay, honey. I’ll send it today.”

---

Selepas kelas, Iis berjalan bersama Mala, sahabat karibnya sejak semester pertama. Berbeda dengan teman-teman lain yang suka menggoda, Mala lebih sering jadi orang yang menasihati.

“Iis, aku tuh nggak enak ngomongnya. Tapi please deh, jangan terus-terusan transfer ke si Marco itu,” ucap Mala serius sambil merapikan jilbabnya.

“Apa sih, Mal? Kamu sama aja kayak yang lain. Nggak percaya sama hubungan aku. Kenapa sih, kalian nggak bisa dukung aja?”

Mala menghela napas panjang. “Bukan nggak dukung, Is. Aku tuh mikir logis aja. Kamu udah kirim berapa kali, coba? Dua juta, tiga juta, sekarang dua juta lagi. Itu udah belasan juta, Is. Pacar online tapi belum pernah ketemu, dan dia selalu minta duit. Kamu nggak takut ditipu?”

Wajah Iis langsung berubah masam. “Astaga, Mal! Kamu tuh yaaa, nyebelin banget. Aku tuh serius sama Marco. Dia bukan cowok sembarangan. Ingat nggak tadi? Dia kerja di perusahaan internasional. Bouygues Construction itu besar, tahu? Kamu tuh kurang update!”

Mala hanya menggeleng. “Update mah update, Is. Tapi kalau udah soal hati sama duit, kudu realistis. Aku takut aja kamu sakit hati nanti.”

“Cukup deh! Aku nggak mau debat lagi. Kalau kamu nggak percaya sama hubungan aku, mending kita bahas yang lain. Yuk, shopping aja ke Ciwalk. Lagi banyak diskon. Aku butuh refreshing daripada pusing denger ocehanmu.”

Mala mengangkat alis. “Belum kapok juga, Is? Uangmu udah ludes buat si Marco, sekarang malah mau shopping?”

Iis langsung menggandeng lengan Mala dengan paksa. “Iyaa, justru itu! Aku tuh butuh diskonan biar tetep semangat nabung buat ke Paris. Lagian kan, siapa tahu ada sale buy one get one, kan bisa hemat.”

Mala menepuk jidatnya sendiri. “Ya ampuuun, Is… kamu tuh kalau udah belanja, logikamu ilang. Hadeh.”

Tapi akhirnya ia tetap mengikuti langkah Iis menuju parkiran.

---

Sore itu, Ciwalk ramai dipenuhi mahasiswa yang berburu diskonan akhir bulan. Lampu-lampu pertokoan menyala gemerlap, musik pop mengalun dari speaker, dan spanduk bertuliskan “BIG SALE 70%” menggoda setiap mata yang lewat.

“Lihat, Mal! Diskon baju di sana, 50%! Aduh, aku harus masuk nih!” seru Iis antusias, menarik Mala masuk ke salah satu toko fashion.

Mala hanya bisa pasrah mengikuti, sementara Iis sibuk mencoba dress, sepatu, tas, dan berbagai aksesori. Tumpukan barang belanjaan makin lama makin tinggi di tangan Iis.

“Is, serius… kamu masih ada duit buat bayar semua ini?” bisik Mala.

Iis cekikikan. “Ada lah! Kan aku tadi baru tarik tabungan. Tenang aja, aku masih simpan buat transfer ke Marco. Ini belanjaan nggak akan ngaruh kok.”

Mala memijat keningnya. “Astaga, Is… kapan sih kamu sadar?”

Namun Iis tak mendengar. Matanya berbinar saat menemukan gaun merah muda yang bertuliskan harga asli Rp799.000, kini tinggal Rp299.000.

“YA AMPUN, DISKON 500 RIBU! Aku harus beli ini! Mal, fotoin aku dong pake gaun ini. Biar aku kirim ke Marco. Biar dia tahu aku tetep cantik meski lagi diskon-diskonan.”

Mala menghela napas dalam, menatap sahabatnya yang benar-benar tenggelam dalam euforia cinta online dan belanja. Dalam hati, ia hanya bisa berdoa semoga Iis cepat sadar… sebelum semuanya terlambat.

 

Chapter Sebelumnya
Chapter 1 dari 1
Chapter Selanjutnya

Daftar Chapter

Chapter 1: Pacar Online dari Paris

1,090 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!