')">
Progress Membaca 0%

Chapter 1: Siapakah Diriku Sebenarnya?

Nitaosh94 15 Aug 2025 1,099 kata
GRATIS

"Christa! Christa!" Seorang wanita paruh baya berusaha membangunkan dia yang tengah pingsan di seberang Taman Zart, tetapi Olive tidak kunjung membuka matanya.

Bukan tidak mendengar, melainkan terdengar begitu jelas panggilan itu, tetapi matanya terasa begitu berat untuk dibuka.

Mega Christa Olivia, itulah nama panjangnya, biasa sering disapa Olive. Tetapi kali ini sangat berbeda, wanita paruh baya itu memanggilnya dengan nama tengahnya yaitu Christa.

Siapa wanita ini? Apa dia mengenal gue? Olive hanya bisa berbatin, dia sama sekali tidak bisa menggerakkan mulutnya, seakan mulutnya itu terkunci.

Sepuluh menit telah berlalu, terdengar suara ambulans yang semakin mendekat. Suara percakapan segerombolan orang pun terdengar serta suara tangis yang begitu tidak asing baginya.

"Olive! Olive!" Wanita berambut hitam sebahu itu menatap Olive dengan tatapan sandu.

Itu seperti suara?

"Cleo!" panggil pria tinggi sekitar 190 cm, datang dengan kemeja coklatnya dan rambut belah samping ciri khasnya yang membuat para wanita terpesona.

Ternyata, dugaan gue memang benar.

"Bagas! Olive, Gas!" Wanita itu langsung memeluk pria yang dia panggil dengan nama Bagas, lalu menangis di pelukannya. Kali ini tebakan Olive memang benar.

Melihat Olive dibawa ke dalam mobil ambulans, membuat wanita paruh baya tadi tiba-tiba menangis dengan sangat histeris dan di situ Cleo langsung beralih memeluk wanita paruh baya itu.

 

Tring! Tring!

 

Ketika mendengar suara handphonenya berbunyi, Bagas sedikit menyingkir dari sana lalu menjawab panggilan yang tercantum nama Azri di sana. Mereka terlihat sedang membicarakan hal yang sangat serius, diketahui dari ekspresi Bagas yang begitu tegang.

 

Mobil ambulans membawa Olive menuju Rumah sakit Pelita beserta wanita paruh baya ikut juga di dalam mobil ambulans itu.

 

"Gas...," ucapan Cleo terhenti ketika melihat ke arah sebelahnya tidak ada keberadaan Bagas di sana. Setelah itu, Cleo memutuskan untuk menghubungi Bagas, tetapi tidak kunjung dijawab olehnya.

 

"Hai, Cle! Cari gue ya?" Ternyata Bagas langsung menemui Cleo tanpa mengangkat teleponnya terlebih dahulu.

“Ayo cepat, kita susul ke rumah sakit!”

"Rumah sakit mana?" tanya Bagas kebingungan.

"Rumah Sakit Pelita, ayo cepat!" Cleo mendahului Bagas menuju mobil.

“Tunggu, Cle!”

"Cepat!" Cleo menggerutu.

“Terburu-buru amat.”

Cleo geleng-geleng kepala, "Bagas, ayolah!" Mereka berdua langsung menuju Rumah Sakit Pelita.

Ketika tadi dilanda kesedihan akan Olive, saat ini di warung Bi Inah segerombolan pemuda tengah berkumpul mempertanyakan satu wajah yang sama dengan dua nama yang berbeda.

"Ri, lo habis telepon Bagas? Bagaimana katanya?" Farrel bertanya sambil memainkan game di handphonenya.

"Dia bilang, itu orang yang berbeda," ucap Azri sambil memijit keningnya yang terasa begitu pusing.

"Bisa semirip itu? Apa Olive kembaran Christa?" Farrel kembali bertanya untuk kedua kalinya.

"Christa gak punya kembaran, setahu gue," celetuk Gifhari.

"Tahu dari mana lo?" Azri dan Farrel kaget mendengar ucapan spontan Gifhari barusan.

"Lupakan saja." Setelah berkata begitu Gifhari langsung pergi begitu saja.

"Gif! Lo mau ke mana?!" Teriakan Azri dan Farrel tidak dihiraukan lagi oleh Gifhari, dia berjalan terus menuju mobilnya dan semakin jauh meninggalkan warung Bi Inah. Di dalam mobil dia terus memperhatikan handphonenya dan dia langsung tancap gas.

Sementara itu, di rumah sakit dokter sedang berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Olive, orang-orang terdekat masih menunggu di luar menanti kabar baik tentang Olive.

Jangan bersedih, aku akan selalu ada untukmu. Suara asing tanpa wujud mulai terdengar.

Kalimat itu terdengar lagi di telinga Olive, kalimat yang tidak asing baginya, sepertinya pernah didengar sebelumnya tetapi dia tidak tahu pasti kapan mendengar kalimat itu dan siapa yang pernah berkata demikian.

Christa! Christa! Hanya suara saja, tanpa ada terlihat wujudnya.

Setelah itu sebutan nama 'Christa' mulai terdengar kembali. Kali ini dari suara yang sama, dari orang yang memanggilnya sebelum dibawa ke dalam mobil ambulans.

Kenapa gue mendengar suara itu lagi? Apa yang sedang terjadi sekarang?

Mata tidak bisa terbuka, mulut tidak bisa mengeluarkan suara, hanya bisa mendengar dan berbatin saja.

Bagaimana keadaan Olive sekarang? Semua orang yang berada di sana hanya bisa berdoa dan menunggu kabar baik dari dokter yang menangani Olive, berharap semuanya akan baik-baik saja.

Dua jam telah berlalu, tetapi dokter belum juga keluar dari ruangan ICU.

"Bagaimana keadaan Christa?" Gifhari tiba-tiba datang menghampiri Bagas beserta yang lainnya.

"Kok, lo bisa tahu?" Bagas kebingungan dengan keberadaan Gifhari saat ini yang secara tiba-tiba muncul di rumah sakit tanpa ada yang memberitahunya.

“Nanti gue jelaskan.”

"Sekarang!" tegas Bagas.

“Gue sadap hp lo dan gue lihat isi chat lo dengan Derry. Sorry, Bro.”

"Christa terus yang kalian sebut, panggil dia Olive, nama panggilannya itu Olive bukan Christa." Cleo begitu kesal, dia sangat tidak suka jika Olive dipanggil dengan sebutan nama tengahnya.

“Gue heran sama lo, Cle. Kenapa lo selalu mempermasalahkan nama panggilan yang kami berikan? Namanya itu Mega Christa Olivia, kan? Orang bisa saja memanggilnya Mega, Christa, Olivia, ataupun Olive, lagipula 'Christa' itu nama tengahnya, tentu saja bebas orang mau memanggil nama depan, tangah, ataupun belakang. Itu hak setiap orang. Bukan lo yang mengatur itu semua dan kita tidak perlu meminta izin dengan lo juga.”

"Berarti benar dia adalah Christa?" bisik Gifhari kepada Bagas.

"Ya, itu memang benar, Gif. Sepertinya begitu, tetapi seingat gue tidak ada nama 'Mega' di depannya dan dia sekarang ini tidak suka namanya dipanggil dengan sebutan itu, katanya," ucap Bagas sambil melihat ke arah Cleo.

"Bukan katanya lagi, tapi itu memang benar, Gas." Cleo merasa tidak terima dengan pernyataan Bagas dan setelah itu dia berlalu pergi meninggalkan Bagas beserta yang lainnya.

"Gue benci ini semua!" Cleo tidak henti-hentinya menggerutu.

Cleo kembali teringat akan permulaan dirinya bertemu dengan Olive.

Bruk!

Semua barang belanjaannya berhamburan.

“Maaf, saya tidak bermaksud menabrak Anda.”

“Olive?”

"Olive? Siapa?" Olive mengerutkan dahinya.

“Lo itu Olive.”

“Apa Anda mengenal saya?”

“Ya, kenal banget. Lo gak ingat gue?”

Olive menggeleng. “Maaf.”

“Gak masalah, biar nanti gue cerita ke lo, deh. Sekarang lo ikut ke rumah gue, sebentar aja, ada yang mau gue berikan ke lo untuk mengingat siapa diri lo yang sebenarnya. Mungkin itu akan berguna untuk lo mengingat kejadian yang dulu.”

Olive pun menurut, dia mengikuti Cleo ke rumahnya tanpa ada keraguan ataupun curiga sedikit pun.

Sesampainya di sana, Cleo langsung memberikan sebuah buku diary kepada Olive.

"Ini apa?" Olive kebingungan.

“Coba lo baca, deh.”

Semua ini sangat membuat Olive bingung dari awal sampai setelah membaca buku diary itu hingga akhir. Muncul berbagai pertanyaan tetapi Cleo tidak bisa menjawab itu semua.

“Anda tahu saya, tetapi kenapa ketika saya bertanya Anda selalu tidak bisa menjawab?”

“Itu karena lo begitu tertutup, Olive. Sangat tertutup, begitu juga dengan keluarga lo, setelah kepergian pacarmu tiga bulan yang lalu. Dia begitu tega meninggalkan lo begitu saja tanpa memberitahukan alasannya, tetapi lo masih saja mengingatnya.”

Olive hanya terdiam.

Chapter Sebelumnya
Chapter 1 dari 8
Chapter Selanjutnya

Daftar Chapter

Chapter 1: Siapakah Diriku Sebenarnya?

1,099 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 2: Sesuatu yang Aneh

1,118 kata

GRATIS

Chapter 3: Terlintas

1,649 kata

GRATIS

Chapter 4: Dahulu

1,487 kata

GRATIS

Chapter 5: Satu demi Satu

1,126 kata

GRATIS

Chapter 6: Waktu yang Memutuskan

1,016 kata

10 KOIN

Chapter 7: Hari yang Mencekam

1,054 kata

10 KOIN

Chapter 8: Kesedihan

2,178 kata

10 KOIN

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!