Chapter 1: Prolog
Aku sudah terbiasa bangun lebih pagi dari matahari. Membuka mata sebelum alarm berbunyi, duduk diam di tepi ranjang, dan bertanya dalam hati apakah hari ini akan berbeda.
Biasanya tidak.
Dan aku sudah berhenti berharap.
Kota ini bergerak dengan kecepatan yang tak pernah berubah. Orang-orangnya berjalan cepat, berbicara cepat, dan melupakan sesuatu lebih cepat dari yang mereka janjikan.
Aku tumbuh di tengah itu semua.
Tapi entah sejak kapan, aku merasa seperti... hanya penonton. Ada banyak hal yang kutahu, tapi tidak bisa kukatakan. Beberapa hal terlalu berat untuk diucapkan. Beberapa terlalu berbahaya jika sampai didengar.
Seperti bagaimana aku berdiri di antara dua nama.
Satu memberiku kepastian yang tak sempat kunikmati,
Satu memberiku rasa takut yang sulit kutinggalkan.
Seperti bagaimana aku memeluk pekerjaan sebagai pelarian, bukan karena aku kuat, tapi karena aku tak tahu harus diam di mana.
Tidak ada yang benar-benar tahu siapa aku. Mereka tahu namaku. Tapi bukan suara yang terus berdengung di kepalaku. Bukan rahasia yang kubawa saat menatap wajah-wajah yang tak pernah benar-benar mendengar.
Kalau aku jujur, apa yang akan berubah?
Daftar Chapter
Chapter 1: Prolog
173 kata
Chapter 2: Jeonsa – Pagi yang Setengah Di...
7,102 kata
Chapter 3: Di Bawah Langit Yang Terlalu B...
5,276 kata
Chapter 4: Langit Tak Pernah Menunggu
6,005 kata
Chapter 5: Rahasia yang Tak Pernah Dibagi
6,094 kata
Chapter 6: Seutas Benang yang Tak Pernah...
7,734 kata
Chapter 7: Rasa yang Tak Bernama
8,481 kata
Chapter 8: Dalbit dan Jam Pulang Sekolah
11,467 kata
Komentar Chapter (0)
Login untuk memberikan komentar
LoginBelum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!