')">
Progress Membaca 0%

Chapter 5: Sweet Strawberry.

Garlicc 29 Aug 2025 1,026 kata
GRATIS

“Pencuri!”

Sontak saja semua orang yang ada di sekitar Damara langsung menatapnya dan juga Captain. Ya, laki-laki muda itu kembali dengan gebrakan yang tidak pernah Damara sangka. Mereka saling menatap dengan pandangan yang berbeda.

“Astaga, apakah kau menjadi miskin setelah membelikan aku rokok? Oh, malangnya,” ucapnya dengan nada dramatis. Jaket hitam dengan celana hitam panjang robek-robek itu sangat berbanding balik dengan akting yang tengah dia lakukan. 

Damara tidak bisa untuk tidak berdecak dengan kelakuan laki-laki tersebut. “Aku nggak mencuri dan aku nggak semiskin itu untuk tidak bisa membeli sesuatu!”

“Kok marah? Pencuri nggak boleh marah,” bisik laki-laki itu tepat di depan wajah Damara. 

Sontak saja Damara bereaksi menampar wajah Captain dengan cukup keras, yang lagi-lagi menarik perhatian banyak orang. Mereka berbisik, membicarakan Damara dan Captain yang seperti sepasang suami istri yang tengah bertengkar karena masalah ekonomi. 

Salah satu ibu-ibu yang ada di sana menggelengkan kepala dan mendekati mereka berdua. “Hey, kalian berdua.”

Keduanya menoleh, menatap ibu-ibu tersebut dengan pandangan bingung. 

Pundak Damara dipegang dan dia berkata, “Sabar, ibu hamil tidak boleh sering marah-marah. Memang benar, hormon menguasai dengan dominasi penuh, tapi tidak baik berteriak dan bertengkar dimuka umum. Tidak baik untuk kesehatanmu dan tidak baik untuk bayimu juga.”

Damara tersenyum tulus mendapatkan perhatian kecil tersebut. “Terima kasih atas perhatiannnya, Nyonya.”

Berbeda dengan Damara, Captain malah menatap Damara dengan tidak percaya. Wanita ini hamil? Dan ya, benar saja. Ketika pandangannya dia alihkan ke perut wanita itu, ada sesuatu yang menonjol. Ketika ibu-ibu asing tadi menyentuh dan mengelus perut Damara, Captain semakin tidak percaya. 

“Wah? Bagaimana bisa kau hamil?”

Pertanyaan itu dibalas oleh ibu-ibu tersebut dengan memukul sangat keras belakang kepala Captain dan memaki laki-laki tersebut. “Kau ini bagaimana jadi suami? Sama sekali tidak perhatian dan bodoh sekali!” 

“Huh?“ Captain melotot mendengar tuduhan itu. Suami dari mananya? Dia saja baru tahu hari ini kalau wanita kecil yang diganggunya ini sedang hamil. 

“Tidak perlu membela diri. Suami tidak baik sepertimu hanya akan membawa kemalangan bagi wanita cantik ini. Astaga, kau harus menjaga diri baik-baik ya, Darling.” Ibu-ibu itu mengambil beberapa pack berisi strawberry dan mengambil roti yang dipegang oleh Captain dengan kasar. 

Lengan Damara digaet dan dibawa menuju kasir. Damara sendiri tidak bisa membantah, karena kebaikan tidak boleh ditolak. 

Itu yang diajarkan oleh ayahnya, sebaliknya dia menyambut dan memberikan timbal balik yang sepadan. Namun, tetap saja dia merasa malu, sangat malu dengan pandangan orang-orang yang ada di sini.

“Bayar ini dan juga ini.”

Kasir yang melayani mereka sedikit merasa canggung dengan suasana yang ada. Dia juga ingat dengan sepasang suami-istri yang kemarin baru membeli rokok. 

Membayar belanjaan dengan damai, Captain sedikit melirik sebuah kotak kecil yang ada di meja kasir. 

Damara menyadari itu, dengan segenap hati dia dengan cepat menepis tangan Captain yang akan mengambil barang tersebut. Dan untungnya tidak ada yang menyadari itu. 

"Terima kasih, Nyonya. Maaf, telah membuat Anda terganggu dan tidak nyaman." 

Ibu-ibu itu tersebut lembut pada Damara dan ketika beralih melihat Captain, dia langsung melotot dan memberikan ancaman. 

“Terima kasih, Nyonya Old!” teriak Captain, setelah ibu-ibu tadi sedikit menjauh dari mereka. 

Damara menendang lutut Captain, sedangkan dia segera berjalan ke sisi lain supermarket untuk kembali ke mobilnya. Namun, dia sama sekali tidak menemukan keberadaan mobil, bahkan sopirnya. Damara menelepon nomor sang sopir berulang kali, tapi ditolak berulang kali juga. 

“Ke mana mobilmu? Apa kau beneran sudah jadi miskin?”

Captain ternyata menyusul dirinya. Damara sangat kesal. “Aku tidak miskin! Aku bahkan bisa membeli supermarket ini, kalau perlu rumahmu juga akan aku beli!”

Teriakannya lagi dan lagi membuat mereka menjadi pusat perhatian pejalan kaki yang ada di sekitar mereka. Ingin sekali Damara mengubur wajahnya di atas timbunan kue strawberry saat ini juga. “Lebih baik kau pergi sekarang. Sekarang!”

“Astaga, santai dulu nggak sih?” katanya sambil memakan roti miliknya dengan santai di depan Damara yang tersulut emosi. 

“Kau, menyebalkan!” Akhirnya pecah juga tangisan Damara. Wanita itu bersimpuh di tempat, menutup wajahnya dengan kedua tangan rapat-rapat. 

Hal tersebut tentu saja membuat Captain kelabakan. Laki-laki itu membuang roti miliknya sembarangan dan ikut berjongkok di hadapan Damara. 

“Hey, kenapa kau menangis begitu keras? Aku bahkan belum membuangmu ke tempat sampah atau menjualmu di tempat lelang lobak.”

Tangisan Damara semakin keras, orang-orang mulai berbisik dan menggelengkan kepala melihat mereka berdua. Tampak di mata mereka, sepasang suami istri tengah bertengkar dan si laki-laki telah melukai si wanita. 

Mendapatkan tatapan intimidasi yang menyudutkannya, Captain dengan bingung langsung mengangkat tubuh kurus Damara dalam gendongannya. 

“Kau ini hamil, tapi berat badanmu tidak lebih berat dari mesin meriam yang dulu pernah aku punya. Sayangnya kakakku telah mengambilnya, sialan sekali.”

Damara tidak peduli dengan yang lainnya, dia masih terus menangis. Membiarkan dirinya digendong dan sekarang ditempatkan di atas kursi taman yang sepertinya tidak jauh dari tempat mereka sebelumnya. 

“Tenanglah, jangan menangis terus. Bayimu nanti sesak napas, terus mati gimana?” 

“Mulutmu jahat sekali!” teriak Damara sembari memukul bahu keras Captain. “Aku ini sedang sedih, tidak bisakah kau memberikan kalimat manis yang menenangkan? Bukan malah kalimat tidak jelas seperti itu!”

“Oh, baiklah. Aku salah,” ucap Captain dengan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan telinga. “Aku minta maaf, kalau kalimatku menyakitimu, sekarang berhenti menangis.”

“Tidak tulus sama sekali! Belikan aku es krim strawberry yang ada di ujung jalan, setelah itu aku akan memaafkanmu,” balas Damara dengan tidak kalah keras dari sebelumnya dan dia juga tidak menghentikan tangisannya. 

Captain segera berdiri dan menggaruk lehernya yang tidak gatal. “Baik-baiklah, diam dulu, jangan menangis! Aku akan segera kembali!”

Laki-laki itu cukup sembrono dalam mengambil langkah kakinya dan benar saja, sebelum Damara mengingatkan akan batu di depannya, Captain sudah terjatuh tersungkur ke tanah. Dan menurut Damara itu sangat konyol, tawanya berderai tidak kalah keras dari tangisannya. 

“Kau lucu sekali pas jatuh!”

Captain memegangi lututnya yang terasa nyeri. Baru saja akan membalas ejekan Damara, tiba-tiba saja dia terpaku dengan sesuatu yang indah. 

Mata wanita itu menyipit, meninggalkan garis lucu dengan hidung kecil yang mengerut. Kedua tangannya menepuk paha berulang kali, seolah menyalurkan rasa gemas yang mengalun membelai perasaannya. 

Captain tidak bisa menahan pandangannya, entah kenapa dia sama sekali tidak ingin melewatkan sesuatu yang terlalu indah seperti ini. “Cantik, cantik sekali.”

Chapter Sebelumnya
Chapter 5 dari 5
Chapter Selanjutnya

Daftar Chapter

Chapter 1: Rencana Awal.

1,012 kata

GRATIS

Chapter 2: Little Candy.

1,091 kata

GRATIS

Chapter 3: Captain Geng!

1,034 kata

GRATIS

Chapter 4: Pencuri!

999 kata

GRATIS

Chapter 5: Sweet Strawberry.

1,026 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!