')">
Progress Membaca 0%

Chapter 1: Bab 1. Beginilah Kehidupan

Nitaosh94 15 Aug 2025 1,038 kata
GRATIS

“Astaga!”

Terdengar suara yang begitu keras dari belakang rumah, seperti ada sesuatu yang meledak. Aku pada saat ini sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah menjadi penasaran dan mengeceknya. Melangkah ke  belakang dan melihat api yang begitu besar sudah membakar gudang kami.

"Kebakaran! Kebakaran!" teriak aku meminta tolong kepada semua tetangga.

Para tetangga pun berdatangan,  menghampiriku sambil membawa ember berisi air, lalu menyirami tempat kebakaran. Kejadian ini menyebabkan aku batal pergi ke sekolah dan mengharuskan  membereskan semuanya. Aku berharap guru mengerti dengan keadaan saat ini, tetapi malah sebaliknya. Aku mendapatkan SP 1, yaitu surat peringatan pertama.

Seharian berdiam di rumah, ingin banget jalan bersama teman-teman, tetapi sekarang ini masih jam sekolah. Sangat disayangkan. 

Setelah membersihkan gudang belakang, seharian ini aku hanya scroll medsos, buka dan tutup. Tidak tahu apa yang harus kulakukan hari ini. Hal ini membuat diriku gabut banget.

Beberapa jam kemudian, perut aku  mulai protes dan mengharuskan melangkah ke dapur serta  memutuskan memasak mi instan. Tidak lupa juga menambahkan telur ceplok di atasnya, favorit aku saat memasak mi. Bau mi instan sudah tercium dan sangat menggiurkan.

Makan mi instan sambil scroll sosmed, ini juga merupakan hal favorit yang aku lakukan. Makan sedikit demi sedikit dan kembali fokus pada sosmed. Berita-berita terkini sedang kubaca dan pahami. Berita tentang idola kesukaanku pun tampil di beranda Nsta, berita yang sangat dihindari. Nsta adalah salah satu sosmed yang sering kupakai. 

"OMG! Gak benar, nih! Ini udah gak benar! Beritanya asal banget!" Salah satu boyband kesukaanku terkena skandal. Bagaimana ini?

Hidup seakan tidak adil! Kenapa kebahagiaanku pun dirusak begitu saja? Tempat aku bisa menenangkan diri kini berubah menjadi tempat yang sangat menakutkan.

Lima belas menit kemudian, notif dari Nstaku berbunyi, seseorang mengirimkan pesan pribadi. 

[Hai, kamu Xixi, ya?]

Maksudnya apa? Kayaknya orang ini salah akun, deh! Namaku bukan Xixi. 

[Maaf, bukan.] Aku menjawab pesan itu sesingkat mungkin. 

[Kamu penggemar boyband Asia bernama Xirban, kan?] 

Oalah! Dia typo ternyata. Aku menepuk jidat. Ternyata, yang dimaksud orang ini adalah Xisi, nama dari penggemar boyband Asia bernama Xirban. 

[Maaf, Mas. Mas itu typo, Xisi yang benar, bukan Xixi.] Aku membalas pesan itu sambil menahan tawa. Kok, lucu banget, ya.

Ada-ada saja! Jauh banget typo-nya, tetapi berkat pesan ini mumet di dalam pikiranku sedikit menghilang. Seenggaknya, ada sisi baiknya juga dapat chat dari orang ini, haha. 

Dua puluh menit berlalu, tetapi tidak ada jawaban lagi dari si dia. Ternyata begini, ya rasanya menunggu balasan yang tak kunjung mendapat balasan. Kata teman, terkadang ada benarnya juga. Jangan mengabaikan pesan dari orang lain jika tidak mau merasakan sakit yang sama, kata-kata ini kembali kuingat. 

Cuma dibaca tanpa dibalas. Anehnya, aku masih menunggu. Terus menunggu walau tahu akan sakit. Terus berusaha dan yakin, itu yang aku tanamkan sekarang.

Bodoh? Ya, mungkin? Bisa saja, semua orang bebas mengganggap aku bagaimana, tetapi inilah aku. Mengikuti kata hati dan tetap berpikir positif.

"Isti! Isti!" Rayn, sepupuku tiba-tiba saja datang ke rumah. Selalu saja berteriak ketika dia datang. Tidak ada yang bisa menandingi suara cemprengnya. Aku sudah hafal betul. 

Tak ada yang bisa menaklukkanku! Hai, kamu yang selalu bisa membuatku tersenyum! Hai? Apa kabar? Wahai, Permaisuriku. Yuk, bertemu! Bisakah aku melihat wajah cantikmu itu?

Sebuah puisi dibacakan Rayn dari pesan yang dikirim oleh Abigrade. Inilah nama akun seseorang yang sedang kutunggu balasan sejak tadi. 

"Siapa, tuh? Cie! So sweet banget, deh!" celetuk Rayn.

Nih bocah, ya, selalu saja lihat privasi orang lain tanpa izin!

"Cie! So sweet!" Rayn kembali mengatakan kedua kalinya. 

Maaf, jika ini terlalu lancang. Maaf, jika ini terlalu cepat. Tapi, aku hanya ingin menghiburmu. Hanya ingin membuat dirimu tersenyum. Aku tahu ini berat, aku tahu itu. Izinkanlah aku buat menghiburmu.  

Wahai, Ad_isti. Username yang cantik. Kuharap, kamu bisa bahagia terus. Aku tahu skandal boyband favoritmu itu. Aku datang untuk menghiburmu.

Rayn kembali membaca lanjutkan pesan dari Abigrade. Aku merasa tersentuh. Ternyata, ada orang luar yang bisa memahami aku. Kali ini, aku biarkan Rayn membacakan semua pesan itu untukku. 

Tak sanggup membacanya seorang diri. Kalimat yang menenangkan. Indah didengar, tetapi menusuk ke hati.

Aku kehabisan kata untuk membalas. Diri ini hanya bisa membalas dengan tiga kata saja.

[Terima kasih, ya.]

Air mataku pun menetes. 

“Isti, kenapa lo? Jangan lebai, deh!”

Baru kali ini aku merasakan hal yang beda. Pada usiaku yang masih terbilang remaja ini, hal tadi itu barulah aku rasakan. Ini adalah hal pertama dalam hidupku. Dalam tulisan orang ini sangat berbeda dengan cara bicara Arsen, saingan satu kelasku.

Arsen, cowok yang paling menyebalkan. Tidak ada kata mengalah buat dia. Semua harus tunduk, itulah yang aku lihat dari sikapnya. Apalagi saat berhadapan denganku. Sangat menjengkelkan!

Arsen dan Abigrade? Sangat jauh berbeda. Dari tulisan yang dibuat Abigrade sangat menenangkan. Kalau Arsen? Jelas, suka bikin naik darah! Sangat bertolak belakang. Berbeda banget. Seandainya, kita berdua bisa dipertemukan di dunia nyata. 

Abigrade, siapakah kamu? Bisakah kita bertemu?

Bertemu dalam dunia nyata, inilah yang masih aku harapkan. Aku percaya, suatu saat pasti ada waktunya kita dipertemukan. Aku yakin, pasti ada waktunya. 

Kutulis kalimat itu di dalam buku diaryku. Pada tanggal 5 Maret 2015. Tanggal, tahun, dan bulan pertama kali kami komunikasi. Semua itu aku catat. 

"Isti! Woi! Jangan melamun!" gertakan Rayn menyadarkanku. 

"Gak! Siapa juga yang melamun?" Aku mengelak, lalu berjalan meninggalkan Rayn.

"Woi! Tunggu!" 

Kehidupan ada berbagai macam warna. Cara kita menyikapi pun berbagai orang satu sama lain mempunyai perbedaan. Semua itu bisa bermacam-macam. 

Hatiku bersuka! Di dalam kehadiranmu! Jiwaku bersuka! Apakah ini yang dinamakan cinta? Bisakah kita bertemu? Bisakah kita bersatu? 

Kutulis dalam lembaran kedua. Semua kenangan tetap kutulis. Semua harapan juga kutulis. Harapan akan menjadi kenyataan, ini yang selalu aku tanamkan juga dalam ingatan dan kepercayaanku. Tidak ada yang tidak mungkin.

Yakin dan percaya. Aku yakin. Semua tidak ada yang mustahil. Aku akan berusaha.

[Boleh aku tahu namamu?] Pesan ini membuat aku bergetar. Apakah maksud ini? Abigrade membuat hati ini terus berdetak kencang.

Namaku? Aku harus kasih tahu nama asli apa nama samaran saja ya? Harus jawab apa aku?

[Namaku Ardist] Aku memilih memakai nama samaran. 

[Oh, Hai Ardist. Aku Abigrade. Salam kenal, ya. Semoga kita bisa berteman baik. Oh, ya, jangan sedih lagi, ya. Anggap saja itu bukan berita real. Tetap tersenyum, ya.]

Chapter Sebelumnya
Chapter 1 dari 6
Chapter Selanjutnya

Daftar Chapter

Chapter 1: Bab 1. Beginilah Kehidupan

1,038 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 2: Bab 2. Apa yang Dia Inginkan?

1,067 kata

GRATIS

Chapter 3: Bab 3. Melewati

1,080 kata

GRATIS

Chapter 4: Bab 4. Masih Begini

1,085 kata

GRATIS

Chapter 5: Bab 5. Abigrade

1,077 kata

GRATIS

Chapter 6: Bab 6. Ingin Bekerja Sama

1,012 kata

10 KOIN

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!