Chapter 5: PERNIKAHAN
Rill dan Zayn tampak sibuk kesana kemari, mengatur makanan dan minuman yang masih tersisa di gudang penyimpanan. Hal ini karena Seseorang memesan Makanan dan minuman dengan jumlah yang sangat besar.
“Zayn, Bagaimana stock Minumannya?” Tanya Rill sembari menulis di buku catatan nya.
“Ada 500 Pak, masih kurang 500 lagi untuk memenuhi permintaan Customer.” Ujar Zayn yang Tengah menghitung Jumlah minuman.
“Baiklah, kalau begitu nanti saya beli bahan makanan dan minuman. Ariesta dan Ruby membuat minuman, Diyo memasak makanan, dan Sachi mengepack makanan dan minuman.” Ujar Rill.
“Baik, Pak.”
Mereka pun memulai aktivitas mereka untuk membuat pesanan dalam jumlah yang besar. Katanya, Customer yang memesan makanan ini mengadakan pesta Pernikahan. Jadi, mereka memesan dalam jumlah yang sangat banyak.
Untung saja pesanan di antarkan pada malam hari, Karena memang acaranya malam hari. Kalau tidak, Mereka akan kewalahan mengingat masih banyak stock yang kurang.
Beberapa jam kemudian...
Jam menunjukan pukul 9 malam. Nampak Zayn dan Ruby tengah memasukan Pesanan kedalam mobil untuk di antarkan ke Tempat tujuan. Rill meminta bantuan Rey dan Ciyo untuk meminjamkan Mobil mereka. Karena banyaknya pesanan, membuat mereka kekurangan tenaga untuk mengirimkan pesanan tersebut.
“Rey, kamu sama Ariesta ya. Aku dengan Sachi, Ruby dan Ciyo, Diyo dan Zayn. Kita ke tempat yang sudah ku kirimkan lewat Pesan.” Ujar Rill sembari mengetik ponsel nya.
Mereka membuka ponsel masing-masing, sembari melihat pesan yang dikirimkan oleh Rill. Kemudian, mereka bersiap-siap masuk ke dalam Mobil, lalu pergi dengan kecepatan sedang.
Di perjalanan, Suasana canggung pun kembali menyelimuti Antara Ariesta dan Rey. Jantung Ariesta tak berhenti berdegup kencang. Tak Ada satupun suara yang bisa memecahkan keheningan mereka. Hanya suara kendaraan yang berlalu lalanglah yang menjadi saksi bisu kecanggungan antara mereka berdua.
Sampai akhirnya, Mobil mereka memasuki kawasan Rumah Mewah yang dimana kompleks tersebut berisi orang-orang yang kaya.
Mata Ariesta tak henti-hentinya melihat keindahan malam di kota ini. Banyak club dan Cassino yang di bangun di tempat ini. Ariesta pun bertanya-tanya, Apakah hoby orang kaya memang begini? Atau ini merupakan bisnis mereka? Entahlah, yang di pikiran Ariesta saat ini adalah Menakjubkan.
Suara Rey memecahkan kekaguman Ariesta akan tempat tersebut.
“Ariesta, Sudah sampai. Apakah kamu tidak mau turun?” ujar Rey yang lagi-lagi tengah membantu membukakan pintu mobilnya.
Lagi-lagi perasaan nya tidak karuan. Ariesta merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya melamun dan membuat Rey kembali membukakan pintu mobil untuknya.
Saat Ariesta sibuk dengan dirinya sendiri, Ia tidak melihat bahwa Rey berdiri di hadapan nya, sehingga dia membentur dada Rey.
“Aaakk” pekik Ariesta sembari memegang kepala nya.
Hal pertama yang ia lihat adalah, tubuh Rey yang berdiri kokoh di hadapan nya. Ia pun meneguk liur nya, mata mereka saling bertemu. Debaran di hatinya semakin kencang. Rasanya, Ia ingin pingsan saat ini juga.
Wajahnya Ariesta merah padam. Melihat kelakuan Ariesta, Rey tersenyum. Ia gemas melihat tingkah Ariesta yang segugup itu. Tangannya mendarat di kepala Ariesta. Lalu mengelus pelan rambutnya.
“Tidak apa-apa. Pelan-pelan saja, ya.” Ujar Rey Sembari tersenyum. Senyuman hangat yang membuat Ariesta tenang.
“Terimakasih.” Ujar Ariesta. Ia pun mengalihkan pandangan nya ke arah lain, Agar dirinya tidak terlalu terpaku dengan Rey. Karena baginya, Rey itu sangat berbahaya untuk hatinya. Bisa-bisa, ia akan pingsan dan tak terkendali lagi. Memikirkannya saja membuat Ariesta frustasi.
Suasana malam itu sangat indah. Gedung-gedung tinggi yang di selimuti oleh lampu berwarna-warni menujukan eksistensinya. Banyak para tamu undangan yang datang menghampiri acara tersebut. Bahkan kali ini presiden ikut turun untuk merayakan pernikahan tersebut. Bagaimana tidak, Ia dengar katanya yang menikah hari ini adalah petinggi dokter dan Seorang pria yang identitas nya tidak di ketahui. Entahlah calon suaminya itu bekerja sebagai apa? Tapi yang jelas, malam ini memang di penuhi oleh orang-orang yang statusnya tinggi.
Acara pernikahan di mulai. Setelah menyerahkan pesanan yang di pesan oleh mereka. Sang Tuan Rumah yang mempunyai Acara menyuruh mereka untuk ikut melihat pelaksanaan upacara pernikahan tersebut.
Suasana begitu Indah. Di mana sang pengantin berjalan menggunakan dress putih panjang menuju altar pernikahan. Veil yang dia kenakan, serta para bridesmaid yang memegang ekor gaun yang panjang itu, memberikan kesan seperti putri kerajaan.
Sedangkan sang pengantin pria, berdiri di altar bersama pendeta tengah mengelap air mata nya yang terharu melihat pengantin wanita tengah berjalan ke arahnya.
Suara lantunan musik membuat suasana semakin Sakral. Saat sang pengantin pria dan wanita kini tengah menggenggam tangan satu sama lain untuk mengucapkan janji pernikahan.
Dor dor dor
Sebuah tembakan terdengar di telinga mereka.
Suasana menjadi kacau. Beberapa orang yang membawa senjata berat kini turun dari mobil. Mereka menembaki secara brutal para tamu yang hadir pada malam itu. Polisi yang hadir pun, ikut mengangkat senjata nya dan adu tembak. Beberapa polisi lainnya mengevakuasi para tamu dan pengantin wanita.
Sedangkan pengantin pria, dia membawa pistol dan ikut menembaki para bandit-bandit tersebut. Rey mengenggam tangan Ariesta dan melindungi Ariesta dari serangan tembakan. Di lengan kirinya terdapat pistol yang entah kapan dia memilikinya.
Matanya mencari keberadaan adiknya, ia pun menangis karena takut akan nasib adik-adiknya. Dia pun mengambil ponsel nya dan mencari nomor Zayn dan Ruby. Tangannya gemetar dan panik, membuat ia tidak bisa mencari letak keberadaan nomor adiknya itu.
Rey memeluk Ariesta, ia pun menutup mata Ariesta dengan tangan nya.
“Kamu Tenang ya, Ada aku.” Suara lembut itu, adalah suara yang menenangkan Ariesta. Kepanikan serta rasa takut, luntur seketika.
Ariesta memeluk tubuh Rey. Kemudian Rey pun mulai bergerak menjauhi penembakan. Suara telfon membuat Ariesta terkejut. Ia pun segera mengangkat telfon tersebut.
“Hallo kakak.. Ada dimana?” Ujar Ruby
“kakak sedang berusaha untuk keluar dari dalam gedung.” Ujar Ariesta
“Kakak, semuanya aman. Kakak jangan khawatir tentang keadaan kami, sekarang kakak harus menjaga diri kakak.” Ujar Ruby. Ruby tau kakaknya itu memiliki Panick attack. Hal ini membuat Ruby harus meyakinkan kakaknya untuk tidak terlalu khawatir.
“Iya Ruby kalian pergi saja ke Resto ya. Aku sedang bersama Rey. Nanti kakak akan hubungi kalian lagi jika sudah selesai.”
“Baiklah kak.”
Tembakan yang di lakukan oleh Rey sangat hebat di mata Ariesta, Seperti sudah mahir. Tapi, yang membuat bingung. Rey bukan anggota polisi. Lalu, apa?
Hal ini membuat Ariesta untuk diam sementara, Ia ingin mencari tahu tentang Rey. Karena baginya, Untuk orang yang hanya bekerja di bengkel, tidak mungkin menggunakan senjata begitu mahirnya. Terlebih, saat tembakan ia keluarkan tepat di dahi sang bandit.
Sebuah tembakan mengenai lengan Ariesta. Rasa sakit menyelimuti lengan kirinya sekarang. Rey yang mengetahui bahwa Ariesta terkena tembakan pun terkejut. Ada kemarahan yang jelas tercetak di wajahnya. Rey menggendong tubuh Ariesta. Menggendong Ariesta yang berlumuran darah. Pandangan Ariesta mulai kabur.
Apakah ini kali terakhir nya hidup? Ia tidak bisa mewujudkan keingan nya yang terakhir. Sentidaknya, Ia belum melihat adiknya bahagia. Kenapa Tuhan mengambil nyawanya begitu cepat?
Tangan Rey gemetar. Ia gagal melindungi Ariesta, rasa amarah membuatnya semakin brutal menembaki para bandit tersebut.Ia berusaha untuk menenangkan Ariesta. Sampai akhir nya, Kata terkahir yang Ia ucapkan adalah “sakit” Setelah itu pandangan nya pun menghitam sempurna.
Daftar Chapter
Chapter 1: Bab 1
1,258 kata
Chapter 2: PERTEMUAN
1,246 kata
Chapter 3: HIM
1,239 kata
Chapter 4: PERASAAN
1,255 kata
Chapter 5: PERNIKAHAN
1,270 kata
Komentar Chapter (0)
Login untuk memberikan komentar
LoginBelum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!