Chapter 4: DIA
3 Hari kemudian..
Ariesta Tampak kebingungan melihat kondisi motor nya yang tiba-tiba Tidak bisa jalan. Saat dia hendak menuju bandara, motor yang dia gunakan tiba-tiba berhenti di depan Kantor asuransi. Hal ini membuat dia sangat kebingungan. Ia tidak tau harus menghubungi siapa? Karena Zayn saat ini sedang pergi mengurus resto bersama Rill.
Ia pun menendang motor nya. Wajah kesalnya tercetak jelas di wajah nya yang putih itu. Ia ingin menjemput Adiknya. Tapi Tiba-tiba kesialan ini datang membuatnya ingin marah. Ia khawatir jika adiknya itu tersesat nanti. Jika terjadi apa-apa pada Adiknya itu, Maka ia akan menyesal seumur hidupnya.
Saat Ariesta kembali menendang motornya. Nampak seorang pria melihatnya yang tengah marah-marah. Pria itu menatap Ariesta Dingin. Ariesta yang merasakan ada seseorang yang menatapnya pun berhenti sejenak dan melihat pria itu. Tatapan mereka saling mengartikan satu sama lain. Ariesta tampak ragu ingin meminta bantuan kepada pria tersebut. Tapi Tak lama kemudian pria itu maju menghampiri dirinya.
“Ada apa?” Ujar pria itu dingin sembari melihat motor Ariesta yang mogok.
“Eh.. Eumm ini, motor saya tidak bisa nyala tiba-tiba.”Ujar Ariesta Gugup. Jujur, dia baru pertama kali ini berbicara dengan seorang pria segugup ini. Jantungnya berpacu cepat. Entahlah, dia juga bingung mengapa dirinya bisa segugup ini. Apa mungkin aura pria ini yang dingin, membuatnya menjadi begini? Entahlah, yang jelas pria ini adalah orang baik.
Pria itu tampak mengutak-atik motor Ariesta. Ariesta melihat jari jemari pria itu yang sangat mahir memperbaiki kendaraannya pun tersenyum kecil. Ariesta suka dengan orang yang pandai. Pria itu kemudian bangkit. Lalu menatap Ariesta. Mata berwarna cokelat itu, sangat nyaman. Jantungnya, kembali berpacu cepat. Ia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak tahu mengapa dirinya menjadi seperti ini.
“Motormu harus di ganti oli nya. Kebetulan saya punya kenalan yang punya Bengkel disini. Nanti saya suruh mereka untuk membawa motormu dan di perbaiki. Kalau begitu kamu arah tujuannya kemana? Biar saya antarkan dulu.”Ujar pria tersebut.
Ariesta melihat jam di tangannya. Kedatangan Adiknya sudah lewat dari jam yang di sebutkan. Sudah pasti Adiknya itu di City Hall. Di telfon kemarin, Mereka membahas ini, Ariesta memberitahu Adiknya itu untuk Segara ke City Hall jika dia tidak bisa menjemputnya.
“Tidak usah tidak apa-apa. Lagipula saya tidak tahu harus membalas apa atas bantuan anda. Ini saja saya akan menggantinya, berapa biaya ini?” Ujar Ariesta sembari membuka tasnya untuk mengambil dompet nya.
Pria itu menahan lengan Ariesta. “Tidak usah. Saya Iklas membantu Anda Nona.” Pria itu menarik lengan Ariesta dan menyuruh nya untuk masuk kedalam mobilnya. “Masuk.”
Ariesta tidak tau harus bagaimana menolak nya. Mau tidak mau ia pun menuruti permintaan lelaki tersebut. “Mau kemana nona?”ujar pria itu sembari memasang sabuk pengaman Ariesta.
Deg..
Lagi-lagi, jatungnya berpacu cepat. Ia tidak tau harus bagaimana lagi menghadapi ini semua. Rasanya Ia ingin teriak untuk melampiaskan perasaan aneh ini.
“Ke.. ke City Hall.”
Pria itu menjalankan mobilnya menuju City Hall. Di sepanjang jalan, Pria itu hanya diam, Ariesta yang gugup pun, tidak ingin menganggu konsentrasi pria itu. Ia mengalihkan Suasana yang canggung itu dengan melihat keluar kaca jendela mobil. Suasana di kota ini, sangatlah indah.
Tiba-tiba, suara pria itu memecahkan keheningan di antara mereka. Akhirnya, pria dingin itu cair juga. “Kamu berasal dari mana?” Ujar pria itu.
Ariesta menoleh kearah pria itu.”Dari, Amerika.” Ujarnya sembari tersenyum lembut. Pria itu tertegun melihat senyum Ariesta. Senyuman itu, membuat pria itu menelan air liurnya.
“Ekhm... Emm sorry saya tadi terpaku sejenak. Berarti, kamu tidak punya tempat tinggal?” Ujar pria itu.
“Iyaa. Saya Tidak punya tempat tinggal. Tapi, Atasan Saya mempunyai Sebuah rumah yang tidak terpakai. Katanya, kami boleh tinggal di sana. Jadi, kami tinggal di sana untuk sementara.” Ujar Ariesta sembari tersenyum.
Pria itu mengangguk mengerti. Tak lama Kemudian, terlihat sebuah Gedung Putih berdiri kokoh di hadapan mereka. Mereka sudah sampai di City Hall. Pria itu memarkirkan mobilnya kemudian turun dari mobil tersebut, Lalu membukakan pintu Untuk Ariesta. Kata pertama yang muncul di benak Ariesta saat melihat perlakuan Pria itu, adalah “Lembut”. Ya, meski wajahnya sangat dingin, namun sorot matanya penuh kelembutan. Wajah itu, sanggup membuat Jantung Ariesta Berdebar. Tidak, ini tidak baik bagi dirinya.
“Terimakasih” Ujar Ariesta.
Mata Ariesta melihat keberadaan Zayn dan Rill di ujung sana. Ternyata mereka ada di sini juga.
“Zayn, kamu disini? Ketemu Ruby?” Tanya Ariesta dengan Raut wajahnya yang penuh khawatir.
Zayn menggelengkan kepalanya. “Tidak kak, Aku tidak menemukan Kak Ruby.” Ujar Zayn sembari memegang tangan Ariesta yang dingin. Rasa Kekhawatiran Ariesta Semakin menjadi-jadi, saat mendengar perkataan Zayn.
“Zayn? Bagaiamana ini? Ruby menghilang!?” ujar Ariesta sembari memegang dadanya yang sesak.
Bagaimana ini? Bagaimana jika dia kehilangan Adiknya? Bagaimana jika dia gagal menjaga adiknya? Saat ini, kepala Ariesta penuh dengan suara-suara yang membuat dia menjadi panik.
Sebuah tepukan lembut mendarat di rambut Ariesta, Tepukan itu sangat lembut, sehingga membuat rasa khawatir nya menghilang begitu saja. Ya, itu tangan pria itu. Pria yang tadi menolong nya.
“Jangan Khawatir, Rill dan saya akan menemukan Adik mu.” Ujar pria itu.
“Ya benar, Kamu beruntung sekali bertemu dan kenal dengan aku dan Rey di sini. Karena dia banyak koneksi yang bisa membuat kamu menemukan adik mu dengan cepat.” Ujar Rill dengan percaya diri.
Ternyata Pria itu bernama Rey, nama yang baru saja di ketahui oleh Ariesta.
“Terimakasih.” Ujar Ariesta dengan senyum tipis.
“Oh iya, bagaiamana kalian bisa bertemu? Dan bagaimana bisa Rey yang ku pikir tidak akan dekat dengan wanita ini, tiba-tiba bersama dengan Ariesta?” Tanya Rill Penasaran.
“Oh itu, tadi motor ku mogok, dan kebetulan ada dia membantu ku. Karena motor ku rusak, jadi dia membawaku kesini.” Ujar Ariesta.
“Aihhh.. Begitu Ternyata. Yasudah sekarang kita cari Adikmu dimana.” Ujar Rill yang kemudian menyuruh Ariesta masuk kedalam mobilnya. Sedangkan Zayn naik dengan mobil Rey.
***
Bengkel Schevenko.
Beberapa saat kemudian. Mobil mereka berhenti di sebuah bengkel yang sangat besar. Meski di lantai 1 terlihat penuh dengan oli dan peralatan. Berbeda dengan lantai 2 yang terlihat sangat Rapi dan Indah. Gayanya yang di buat Rapi membuat semua orang yang berkunjung di sana akan merasakan kenyamanan.
Saat mereka turun dari mobil nya. Tampak ada 2 pria dan 1 wanita yang tengah berbincang-bincang. Satu hal yang Ariesta Tau. Wanita itu adalah Adiknya, Ruby. Perasaan senang dan bahagia pun menyelimuti hatinya. Ia akhirnya menemukan adiknya setelah beberapa jam menghilang.
Ariesta berlari kecil, lalu memeluk adiknya. “Ubyyyyy... Akhirnya kakak menemukan kamu. Kamu kemana? Kakak mencari kamu, apakah kamu di sakiti orang? Atau gimana?” Ujar Ariesta sembari mencium pipi Ruby.
“Aihhh kakak nih, aku kan anak yang kuat. Mana bisa orang-orang menyakiti Ruby. Lagipula saat di City Hall Ada pak Ciyo yang membantu aku mengurus-ngurus berkas.” Ujar Ruby sembari tersenyum ke arah Ariesta.
“Syukurlah kalau begitu. Terimakasih pak ciyo. Sudah membantu Adik ku.” ujar Ariesta sembari tersenyum ke arah Ciyo.
Zayn mendekati Ruby. “Kakak, Zayn sangat merindukan kakak.” Ujarnya sembari memeluk Ruby.
“Ulululuuu... Sini kakak peluk.” Mereka pun berpelukan. Melepas rindu yang akhirnya terbayarkan. Setelah kota mereka di landa badai. Ruby harus terpisah dengan mereka. Sampai pada akhirnya, Mereka di pertemukan sekarang.
Daftar Chapter
Chapter 1: Prolog
212 kata
Chapter 2: New City
1,165 kata
Chapter 3: PERTEMUAN
1,108 kata
Chapter 4: DIA
1,144 kata
Komentar Chapter (0)
Login untuk memberikan komentar
LoginBelum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!