Chapter 1: Surat Pertama Damai Sentosa Untuk Kamu
Dua puluh empat tahun aku bungkam, seolah-olah membungkus diriku sendiri dengan kebohongan yang rapi. Diam-diam waktu berjalan, tapi rupanya itu bukan sekadar angka, melainkan seperti bom waktu yang menunggu saatnya meledak.
Ketika detik terakhirnya tiba, segala yang dipertahankan runtuh berantakan. Dinding-dinding pertahanan yang kubangun dengan susah payah hancur, meninggalkan puing-puing yang berserakan di sekelilingku.
Ada yang datang dengan tenang, mencoba mengumpulkan serpihan itu, menyusunnya kembali dengan sabar. Ada pula yang hanya berdiri di kejauhan, menonton tanpa rasa, cuma memastikan bahwa aku masih bisa berjalan meski tertatih.
Maka di tengah semua itu, apakah nantinya kamu benar-benar mau mengerti, atau cuma ingin tahu? Jangan tergesa-gesa menilai. Hidupku bukan lembar singkat yang bisa dibaca sekali pandang, melainkan kisah panjang yang perlu kamu dengar dan resapi dengan hati.
—Damai Sentosa—
Daftar Chapter
Chapter 1: Surat Pertama Damai Sentosa Un...
128 kata
Komentar Chapter (0)
Login untuk memberikan komentar
LoginBelum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!