')">
Progress Membaca 0%

Chapter 1: KAIA KAAL

ERSANN 09 Sep 2025 1,403 kata
GRATIS

Langit menciptakannya dengan puisi. Manusia menguburnya dengan cemburu.”

.

.

“Benar-benar cantik rupanya,”

“Siapa dia? Mengapa begitu cantik?”

“Apakah dia titisan Dewi Aphrodite?”

Pujian dan tuaian kekaguman terus mengalir seperti air, selalu terdengar sepanjang jalan yang berada di sekitar pasar, terlebih ketika seorang gadis elok berjalan melewati beberapa orang.

Gadis itu mengenakan pakaian panjang berwarna merah, pakaiannya membentuk lekukan tubuh yang begitu ramping dengan bagian dada yang terlihat berisi, tidak lupa aroma wangi dari pakaiannya terhirup hingga beberapa meter. 

Mempunyai rambut berwarna putih, diikat rendah dan diberi hiasan bunga mawar pada ikatannya, warna mawar yang begitu menggoda serupa dengan warna matanya yang begitu merona. Riasan wajah tidak terlalu menor, sedikit lipstik berwarna cherry, perpaduan yang sempurna bagi pemilik rupa menawan itu.

Banyak laki-laki yang terjerat oleh pesona sang gadis, bahkan mereka rela hingga berbaring di tanah hanya demi melihat wajah ayunya yang terus menundukkan kepala, ada pula yang memaki payung berwarna putih karena menggangu pemandangan mereka.

Gadis itu menyadari semua tingkah para laki-laki hidung belang tersebut. Ia senang menjadi perhatian, tetapi juga takut, sebab di sisi lain ia menyadari bahwa banyak perempuan mengoloknya sebagai wanita murahan. 

Kaia Kaal menggenggam semua jemarinya ke tongkat payungnya, pun semakin menundukkan kepala, baginya segala pujian dari lelaki menjadi hal menakutkan jika ada perempuan yang mempunyai sifat iri. 

"Eh?" Terkejut tatkala ada seorang pria yang berhenti tepat di depannya dengan memberikan segenggam bunga mawar. Matanya pelan-pelan beralih pada pemilik tangan kekar, tersenyum ketika tahu bahwa pria yang memberinya bunga adalah seseorang yang juga ia kagumi, kemudian ia menerima bunga itu dengan senang hati.

Pria tersebut merasa senang bahwa bunganya diterima oleh gadis berusia dua puluh tahun tersebut. Wajahnya menjadi berseri-seri, menunjukkan senyum pongah kepada laki-laki lain di sekitarnya, ia sedang merasa berbangga hati sebab berhasil memberikan bunga kepada Kaia.

"Kamu akan beli apa kali ini?" tanyanya.

Kaia mendongak, kemudian menjawab dengan suara pelan, “Sayuran.”

"Lihat, dia benar-benar perempuan tidak tahu diri!" 

“Enak, ya, langsung jadi perhatian banyak laki-laki.”

Mendengar cuitan tidak mengenakkan dari beberapa perempuan di sekitarnya membuat Kaia merendahkan payungnya hingga menutupi sebagian dari kepalanya, pelan-pelan ia menunduk, dan kakinya melangkah melewati pria itu dengan gemetaran. 

Ia harus segera membeli sayuran dan lekas pulang. Hatinya tidak bisa untuk menerima semua cemoohan dari mereka. Sedangkan pria yang ia tinggalkan sedang meratapi dirinya yang tiba-tiba menjauh.

Tangan Kaia semakin rapat mengepal pada payung. Langkahnya terhenti di salah satu toko yang sering ia datangi, dengan pelan ia sedikit memberi ruang pada payungnya untuk membiarkan wajahnya terlihat jelas, membuat sang pemilik toko kembali terkesima dengan keelokannya.

"Kali ini sayur apa yang Nona butuhkan?" Tukang sayur tersebut tersenyum lebar, matanya tidak bisa luput dari sosok di depannya, ia benar-benar jatuh cinta setiap hari kepada Kaia pelanggan setianya.

Tangan Kaia segera menunjuk beberapa sayur berwarna hijau, ungu dan kuning secara bergantian. "Berapa?" tanyanya pelan.

Tukang sayur itu memasukkan tiga sayur yang dipilih Kaia ke dalam kantung belanjaan. Sembari memberikan kantung tersebut kepada Kaia, ia menggoda dia, “Gratis jika Nona mau menjadi istri saya.”

Seperti biasa, godaan yang menggelikan itu keluar hingga menodai telinganya, Kaia terbiasa dengan rayuan-rayuan tukang sayur yang memiliki mulut manis tersebut. 

Dengan cepat Kaia menarik barang belanjaan miliknya. Mata merahnya menatap tukang sayur dengan tatapan datar. 

"Berapa?" tanya Kaia lagi tanpa membalas godaan sang pemuda penjaga toko sayur.

"Gratis untuk nona yang jelita ini," jawab tukang sayur sambil tersenyum penuh pesona.

Kaia menghela napas. Ia sudah tahu akan terus seperti ini sama dengan hari-hari sebelumnya. Dengan memperkirakan harga pada tiga sayur itu, gadis tersebut memberikan tiga keping perunggu di atas meja dan segera pergi begitu saja. 

Tukang sayur itu terkekeh pelan melihat tindakan gadis cantik tersebut. Dia sangat terburu-buru. "Benar-benar tidak sopan, ya?" bisiknya sambil mengambil tiga keping perunggu yang ditinggalkan Kaia.

Pasar memang selalu ramai dengan segala transaksi yang terjadi. Namun, ketika seorang gadis cantik berpakaian serba merah datang ke pasar, keramaian pasar bisa lebih cepat terjadi, kaum laki-laki bagai kumpulan lalat yang berterbangan mengikuti aroma busuk.

Sudah pemandangan umum. Sudah rahasia umum pula. Tidak ada yang berani menegur para laki-laki penikmat kecantikan Kaia. Namun, dari sudut lain, banyak kaum wanita yang tersaingi dan merasa iri dengan kecantikan Kaia hingga mereka memilih berada di barisan belakang untuk menjelek-jelekkan gadis itu.

Sama seperti sekarang. Meski Kaia sudah memakai payung, satu telur busuk telah mengenai dadanya hingga melebar ke rambutnya, membuat mata merahnya mencolok agak marah pada seorang gadis yang sengaja melemparinya dari arah paling belakang. Itulah alasan mengapa ia ke manapun memakai payung meski tidak hujan, sebab banyak perempuan semena-mena terhadap dirinya.

Kaia selalu menahan sabar sama seperti yang ibunya katakan setiap waktu. Baginya juga, percuma melawan kumpulan anjing bodoh, dan ia takkan menang melawan kumpulan hewan yang hanya bisa menggonggong. 

Membasahi bibirnya dengan lidah sekilas. Membuang napas pelan-pelan. Tangan kanannya bergerak membasuh cairan busuk telur pada pakaiannya. Pelan-pelan ia menyadari bahwa sekelilingnya dipenuhi laki-laki yang berusaha menjadi pelindungnya, mereka memberi jalan padanya untuk tetap aman, serta memberikan kain lap cantik untuk membersihkan kotoran.

Pipi Kaia bersemu sekilas. Kemudian melanjutkan langkahnya dengan agak cepat, ia tidak ingin terlalu banyak merepotkan mereka, juga sedikit-sedikit ia mengusap kotoran pada pakaiannya menggunakan lap berwarna putih.

"Hei, jangan lempar-lempar, apa kau tak punya hati!" pekik salah seorang pemuda yang ikut dalam barisan keamanan untuk Kaia, dia menatap tajam pada seorang gadis yang baru saja melempar telur ayam. Walau tangannya menjadi belepotan cairan busuk, tapi ia merasa bangga karena bukan Kaia yang terkena, dan ia harus lebih bersinar karena alam bawah sadarnya mengakui bahwa dirinya adalah pahlawan. 

Si pelempar telur menatap wajah bodoh pemuda itu. Dia terlihat seperti orang gila nan bodoh. Dengan kesal ia lempar telur itu ke wajah pemuda itu dan berteriak, “Laki-laki hanya melihat rupa! Dasar bodoh!”

Perempuan itu pergi dengan disambut hangat oleh kelompok perempuan yang lain. Sepertinya pelemparan telur itu sudah direncanakan.

Pemuda yang menjadi korban pelemparan telur menggerutu, ketika ia hampir memaki, sebuah kain lap muncul di depan dadanya yang ternyata Kaia memberikan itu kepadanya. Wajahnya memerah hanya karena tidak sengaja bersentuhan dengan jari mungil Kaia. 

"Te-terima kasih, Nona," bisik pemuda itu gugup. Dia tidak peduli dengan tatapan iri dan sorakan kebencian dari laki-laki lain, baginya mendapatkan kain lap dari Kaia sudah membuat hatinya bersemi.

Menggigit bibir bawahnya. Kaia membenci dengan bagaimana para perempuan membencinya hingga membuat orang lain celaka. Langkah kakinya semakin cepat, ia berusaha melepaskan diri dari keramaian, sebab ia tidak mungkin semakin mengacau di sini.

Mendekati perbatasan desa, beberapa laki-laki berpamitan untuk undur diri, Kaia sendiri juga merundukkan badan sebagai tanda terimakasih. Hingga satu persatu mereka pergi, meninggalkan satu orang yang awet di depannya, hingga ia sedikit membuka payungnya dan bertatapan langsung dengan pemuda tampan dengan iris mata berwarna biru cerah.

Pemuda itu memberikan sebuah undangan dan berkata, “Jika Nona berkenan, datanglah ke perbatasan ini, saya akan menjemput Nona di sini.”

Kaia terdiam. Terpaku memegang undangan mewah dan juga terpesona oleh sosok pemuda yang sepertinya bukan dari kalangan orang biasa. Dari penampilan hingga caranya bertutur kata, ia yakin dia bukan dari orang golongan rendah, mungkin dia termasuk ke jejeran konglomerat.

Menundukkan kepala segera. Kaia bertindak segan. Menatap kalangan atas secara langsung sama saja tindakan melanggar kesopanan. Kaia meremas kedua tangannya di depan paha. Undangan itu hampir terlihat lepek. 

"Maaf," kata Kaia tanpa sadar.

Pemuda berambut biru tersebut tersenyum tipis. Tangannya yang dibalut oleh selongsong berwarna putih bergerak ke dagu Kaia dan menariknya sehingga wajah gadis itu terdongak. 

"Nama saya James, Nona, saya harap kedatangannya," katanya penuh penekanan.

Mengusap pelan dagu Kaia. Menelusuri lekuk wajah hingga bentuk tubuh gadis itu, kemudian berakhir menatap bibir berwarna merah apik milik sang gadis, dan tersenyum misterius. 

Tatapannya mengarah lagi ke mata merah darah Kaia, dia berucap, “Saya pamit dulu, Nona.”

Kaia membuka dan menutup mulutnya. Hidungnya kembang kempis karena menahan napas selama seseorang bernama James mendekatkan diri padanya. Wajah putih bersihnya menjadi terlihat sama warnanya dengan matanya.

“Siapa lagi yang kau goda gadis sialan?”

Tiba-tiba seorang perempuan datang dan menyenggol keras sisi tubuh Kaia. Akibat senggolan itu tentu saja membuat tubuh ramping Kaia bergeser beberapa sentimeter ke samping. Sedangkan perempuan itu menatap penuh nilai padanya dan berakhir dengan seringai mencela.

“Pasti kau akan membuka kakimu lebar-lebar untuk orang itu demi kekayaa---”

"Tutup mulutmu jika kamu tidak mengerti apapun!" bentak Kaia. Ia sangat marah karena disebut sebagai pelacur oleh perempuan yang menjadi tetangganya. Menatap perempuan tersebut sinis, kemudian berjalan pergi dengan menahan rasa dongkol pada hatinya.

"Iblis." Tatapan dari Kaia berhasil menakut-nakuti perempuan itu hingga dia berkomentar demikian.

 

Chapter Sebelumnya
Chapter 1 dari 9
Chapter Selanjutnya

Daftar Chapter

Chapter 1: KAIA KAAL

1,403 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 2: PERMINTAAN IZIN

1,039 kata

GRATIS

Chapter 3: SIMPANG SIUR

1,116 kata

GRATIS

Chapter 4: PELAYAN VIP

1,347 kata

GRATIS

Chapter 5: PASAR GELAP

1,115 kata

GRATIS

Chapter 6: JAMES HOUSE

1,223 kata

10 KOIN

Chapter 7: PENYUSUPAN

993 kata

10 KOIN

Chapter 8: MALAM YANG TERTOLAK

1,137 kata

10 KOIN

Chapter 9: JATUHNYA BUNGA HATI

1,098 kata

10 KOIN

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!