')">
Progress Membaca 0%

Chapter 3: Bab 3. Merasa Ketidakadilan

Nitaosh94 19 Aug 2025 1,073 kata
GRATIS

BRAK! 

Jojo membanting pintu kencang. 

"Ini benar-benar tidak adil!" Perasaan  emosi dan kecewa semakin menyelimuti Jojo. Pria berambut ikal itu sangat tidak suka diatur-atur. 

Dia mengambil tas, lalu memasukkan semua pakaian beserta uang yang masih tersimpan di dalam dompetnya. Jojo melangkah, berjalan kearah jendela. Tanpa berpikir panjang, dengan emosi dia langsung memutuskan untuk pergi dari rumah. Keputusan itu sudah tidak bisa dicegah lagi. 

"Jangan sampai ayah mengetahui ini," ucap Jojo sembari menarik uang di ATM. 

Tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, Jojo memilih untuk mematikan ponsel supaya tidak ada yang bisa menghubungi. Memanfaatkan uang yang ada di dalam rekening dan memikirkan kontrakan mana yang akan ditempati pria muda itu dengan uang yang terbilang cukup sedikit. 

Beberapa menit kemudian, Jojo kembali berubah pikiran dan menyalakan lagi ponselnya yang telah dimatikan tadi. Jojo pun tiba-tiba teringat dan terbayang kebaikan sahabatnya. Dia memutuskan untuk  mencoba menghubungi Wardana, sahabat yang selalu menemaninya di saat suka maupun duka. Jojo berasumsi bahwa Wardana pasti bisa membantu dirinya. 

"Ward, carikan gue kontrakan yang murah!" pinta Jojo dengan penekanan pada setiap kalimatnya. 

"Untuk apa? Emang lo mau minggat?" Terdengar suara tawa dari pria beralis tebal itu dan dibalas tawa juga oleh Jojo. 

"Emang iya," jawab Jojo singkat sembari membersihkan kacamatanya yang berembun sedari tadi. 

Wardana seketika tersedak mendengar jawaban dari Jojo. "Lo serius?" jawab pria beralis tebal itu kepada Jojo dari seberang telepon. 

"Serius. Cepat carikan yang paling murah!" Jojo menunjukkan ekspresi serius. 

"Iya, Jo, nanti gue carikan untuk lo." Wardana mengacungkan kedua jempol. 

Percakapan mereka melalui telepon pun berakhir. Sementara itu Jojo  terus menunggu kabar dari Wardana mengenai kontrakan. 

Tring! 

Jojo mendapatkan pesan dari sang pacar. 

[Beb, jalan yuk!] 

Gimana mau jalan? Aku aja masih bawa pakaian sebanyak ini. Jangan sampai Caca tahu kondisiku sekarang ini, batin Jojo di dalam hatinya. 

Pria berambut ikal itu merasa serba salah. Di satu sisi dia tidak ingin menolak permintaan sang pacar,  tetapi di sisi lain ada kerahasiaan yang harus dijaga mengenai kondisinya. Jojo tidak ingin membebani Caca dengan kondisinya apalagi sampai dianggap remeh oleh kekasihnya itu. Pria muda itu terus dilanda kebingungan.

Setelah berpikir beberapa menit, Jojo memutuskan untuk menolak ajakan jalan dari pacarnya, Caca. Meskipun berat, tetapi Jojo harus melakukan itu. 

[Maaf, Beb. Hari ini mendadak ada acara keluarga.] 

Dengan berat hati, jojo membalas pesan itu dengan sebuah penolakan. 

Tring! 

Sekarang dia mendapatkan pesan dari Wardana. 

[Jo! Gue dapat kontrakan dengan harga murah. Cuma Rp500.000.] 

Akhirnya, dapat juga. Wardana memang paling bisa diandalkan, batin Jojo. 

Jojo segera mengetik, membalas pesan  itu. 

[Oke, gue mau.] 

Dari ujung sana, Wardana tersenyum lebar. Dia sudah memikirkan sebuah rencana terbesar dan mengharapkan keberhasilan yang besar pula. 

Ini tidak bisa disia-siakan begitu saja. Harus dimanfaatkan. Wardana tersenyum lebar sambil menatap foto Caca yang terpampang pada dinding kamarnya. 

"Gue pasti akan mendapatkan lo, Ca." Betapa Wardana sangat mengagumi Caca. Dia sampai rela melakukan apa pun. Sekalipun itu mengkhianati Jojo, sahabatnya sendiri. 

Tok tok tok!! 

"Wardana!" panggil seseorang dari luar sana. 

Terdengar suara yang tidak asing memanggilnya dari depan rumahnya. Wardana sangat mengenal betul suara itu. 

Caca? batin Wardana. Pria beralis tebal itu langsung membukakan pintu dan mempersilakan sang tamu masuk ke dalam. 

"Ada apa, Ca? Kamu lagi ada masalah?" tanya Wardana pada Caca, tamunya sekarang. 

"Mau temani aku jalan gak?" Caca menunjukkan ekspresi memelas. 

"Jojo sibuk lagi?" Wardana bertanya balik. 

Caca mengangguk. "Mau, ya? Temani aku." 

"Ayo!" Wardana menatap Caca begitu intens. Dia tersenyum lebar kepada sang pujaan hati. Pria itu benar-benar tidak bisa menolak ajakan Caca. 

"Yey! Makasih. Kamu sahabat terbaik deh." Caca tidak bisa menyembunyikan kesenangannya saat mendengar jawaban dari Wardana. 

Hanya sahabat? Apa tidak bisa lebih dari itu, Ca? Wardana hanya bisa mengeluh dalam hatinya. 

Setelah menemani Caca jalan, barulah dia bertemu dengan Jojo untuk membicarakan masalah kontrakan. "Jo, gue udah nego dengan yang punya kontrakan. Jadi, lo dapat diskon Rp50.000, bayar Rp450.000 aja." 

"Oke. Thanks, Bro!" Wardana dan Jojo pun berjabat tangan. 

“Lo benaran minggat dari rumah?” tanya Wardana penasaran. 

Jojo mengangguk. “Iya. Jangan kasih tahu Caca, ya.” 

“Aman. Rahasia lo aman sama gue. Tenang aja. Lo takut Caca minta putus, ya?” Wardana menyenggol Jojo. 

“Gue yakin dia gak seperti yang orang-orang bilang. Cuma, gue belum siap aja kalau dia tahu kebenarannya.” Jojo menunduk. 

Mendengar jawaban Jojo demikian, Wardana pun hanya meresponi dengan memberikan anggukan saja, menandakan kepahaman. 

Sangat disayangkan Jojo telah tertipu dengan mulut manis Wardana. Tidak tahu saja dia niat buruk Wardana sedang mengintai, batin seseorang dari seberang sana memantau mereka berdua. 

Dua bola mata tidak henti memantau, mendengar percakapan yang sangat menggelitik hati si pendengar. 

“Lihat saja, aku akan buktikan bahwa Wardana tidak sebaik yang kamu kira, Jo.” Sosok misterius itu tersenyum. 

“Hei!”Seorang anak kecil mengagetkan si pemantau itu. 

Si pemantau langsung membekap mulut anak kecil itu agar tidak menggagalkan pengintaiannya. 

“Diam!” pinta sang pemantau. 

Anak kecil itu hanya bisa mengangguk. Setelah diberikan uang dia pun pergi begitu saja. 

“Ayo, kita lihat kontrakan lo, Jo!” ajak Wardana. 

“Jojo!” Dengan wajah yang memerah, Maro datang menghampiri sang anak  dengan sangat emosi. Dia menyadari bahwa anaknya berusaha kabur dari rumah. 

Ayah kok bisa ada di sini? Jojo berbicara dalam hatinya. Dia tidak menyangka sang ayah bisa menemukannya di sana. 

“Pulang sekarang juga!” Maro menarik Jojo ikut bersamanya. 

“Aku gak mau, Yah!” Jojo menahan tubuhnya yang terus ditarik sang ayah. 

“Harus mau! Kamu kenapa jadi begini?” Bentakan Maro membuat Jojo semakin memberontak. 

“Itu karena Ayah yang selalu saja memaksakan kehendak dan kemauan Ayah padaku,” ucap Jojo. Dia pun  kembali menunduk. 

“Kamu harus tahu satu hal, ibumu di rumah khawatir mencari keberadaanmu.” Maro menurunkan nada bicaranya dan mulai pelan-pelan berbicara pada Jojo. 

“Cukup! Biarkan Jojo menentukan pilihannya! Dia sudah besar, Maro!” Pria yang sudah berumur dengan gelang batu yang dipakainya datang melerai pertengkaran antara ayah dan anak itu.

Semua orang yang berada di sana terkejut melihat kehadiran pria itu ditengah-tengah mereka. Hal itu pun memicu berbagai pertanyaan, khususnya dari Wardana. Wardana belum pernah sama sekali bertemu dengan pria itu. 

Baru pertama kali muncul ke permukaan aja sudah menggetarkan dunia si pria tua ini, batin Wardana. 

“Paman ini siapa?” Wardana memberanikan diri untuk bertanya.

Daftar Chapter

Chapter 1: Bab 1. Goncangan Mental

1,065 kata

GRATIS

Chapter 2: Bab 2. Murka

1,207 kata

GRATIS

Chapter 3: Bab 3. Merasa Ketidakadilan

1,073 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 4: Bab 4. Emosional

1,019 kata

GRATIS

Chapter 5: Bab 5. Terselamatkan atau Hila...

1,034 kata

GRATIS

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!