')">
Progress Membaca 0%

Chapter 2: Tugas Pertama

Aileen NM 15 Aug 2025 689 kata
GRATIS

Selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu. Itu yang sejak dulu aku yakini. Berlaku untuk semua hal. Entah itu dalam arti baik maupun buruk. Dan sudah sejak dulu pula, aku selalu mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan melakukan 'hal pertama' untuk sesuatu yang buruk. Yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tak pernah terpikirkan oleh akal waras seorang bawahan. Atau yang kemudian aku sebut disaster.

"Mars, kamu sudah siap kerja?" tanya si bos.

Kakinya yang panjang-panjang seperti galah buat nyolong mangga itu, terulur di atas meja kerjanya. Tangannya sibuk membolak-balik majalah dewasa Playboy. Ya, kamu nggak salah baca. PLAYBOY!

Lagi-lagi, aku merasa si bos yang satu ini tidak punya tata krama. Oke lah aku bawahannya. Dia Yang Maha Agung Boss-nya, dan ini kantor punya dia. Namun bukan berarti dia bebas berbuat apa saja, 'kan? Termasuk dengan berlaku samina-mina ee waka-waka ee begitu (baca: semena-mena). Itu malah membuat nilai minusnya semakin bertambah-tambah saja di mataku. Tapi, aku bisa apa?

"Siap, Pak," jawabku seraya mengatur map-map pekerjaan di atas meja kerjaku.

Aku baru saja mulai mempelajari penawaran-penawaran kerja sama lama dari vendor untuk menjadi rekanan bisnis The Maintenance Expertize (TME), perusahaan tempatku bekerja ini.

Sebagai perusahaan yang sedang naik daun di bidang penyedia jasa dan penjualan produk khusus manajemen maintenance untuk perusahaan tambang, manufaktur, hotel, restoran dan banyak lagi yang lain, serta dengan pengguna lebih dari sepuluh ribu perusahaan di seluruh dunia, tak heran bila penawaran untuk bekerja sama datang dari berbagai pihak. Seperti air terjun banyaknya. Deras. Mengalir cepat. Salah satu tugasku kelak membantu bos memilah-milah, mana penawaran yang benar-benar dapat menguntungkan perusahaan dan mana yang harus dibuang ke tong sampah.

Si bos melirikku dari meja kerjanya.

Oya, meja kerjaku memang tidak begitu jauh dari meja kerja si bos. Hanya terhalang sebuah pintu kayu dan dinding penyekat di kiri kanannya. Kalau pintunya terbuka, maka si bos akan langsung bisa melihat ke arah meja kerjaku.

"Tolong buatkan kopi dulu, setelah itu saya akan kasih kamu pekerjaan lain," pintanya.

"Baik," ucapku singkat.

Aku melangkah ke arah pantry yang tidak berada jauh dari ruanganku dan si bos. Menyeduh kopi dari sebuah coffee maker sebentar, aku lalu kembali ke ruangan. Setelah meletakkan kopi yang masih mengepulkan asap itu di atas meja si bos, aku bergegas melenggang pergi.

"Tunggu," Pak bos mencekal lenganku. "Tunggu di sini dulu."

Aku menunggunya selesai menyesap kopi dengan nikmat sambil melirik halaman majalah yang penuh gambar wanita-wanita cantik dengan baju kurang bahan di bagian-bagian tertentu itu.

"Kamu tahu, Mars. Sebagai PA, kamu bukan hanya akan mengerjakan pekerjaan kantor. Tapi juga membantu mengurus segala keperluan-keperluan pribadi saya," dia memulai.

"Iya, Pak. Saya mengerti. Pak Ethan sudah menceritakan sedikit apa tugas-tugas saya."

"Bagus. Tumben anak itu perhatian sama karyawan saya ...," gumamnya.

Dia terdiam sejenak. Lalu menatapku dengan senyum miring.

"Hari ini Jumat. Tunangan saya biasanya mampir ke kantor untuk sekedar say hello atau make out dengan saya ...," desisnya gamblang dan terang-terangan.

Sampai di sini aku merasa telingaku mulai memerah. Risih.

"Kamu bisa bantu saya?"

Aku terlonjak. Shock! Coba bayangkan, bantuan seperti apa yang bisa aku berikan untuk bos yang mau nananina sama pacarnya? Ngasih pemanasan dengan nari striptis di depan dia gitu? You wish, boss!

"B-Bantu apa, Pak?"

Dia mereguk kopinya sampai tandas tak bersisa. Lalu menatapku lagi dalam-dalam.

"Persediaan saya sedang habis. Tolong kamu ke basement, di situ ada Betamart. Kamu beli satu pak kondom Feelmax. Boleh rasa apa saja."

Aku melongo. Nyaris saja mulutku dimasuki laler ijo kalau tidak buru-buru kututup beberapa detik kemudian.

"Ap-apa ...? Kon ...." Aku hampir menjerit kalau saja pak bos tidak segera membekap mulutku.

Mataku memelotot.

"Biasa aja ‘kali. Nggak usah teriak-teriak begitu!" ucapnya, terkekeh.

Jelas aku gundah. Bagaimana tidak? Dia membiarkan aku memikirkan sendiri, gimana cara melaksanakan tugas pertama paling ajaib mandraguna yang pernah aku terima itu!

Duh, please lah. Beli kertas sejuta rim ke Papua masih bisa kujalani dengan hati lapang. Nah ini, beli sepak karet pengaman pesanan si bos gelo itu tanpa dipandang nyinyir sama si mbak-mbak di Betamart, bagaimanaaaa caraaanyaaa???

 

gelo/ge·lo/ /gélo/ Jk a gila (kbbi.web.id)

Daftar Chapter

Chapter 1: Prolog - Meet The Boss

1,053 kata

GRATIS

Chapter 2: Tugas Pertama

689 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 3: What A Boss!

567 kata

GRATIS

Chapter 4: Thank, God. First Day Almost O...

679 kata

GRATIS

Chapter 5: 24 Hour/7 Day Stand By

697 kata

GRATIS

Chapter 6: Chapter 6 - Rok Mini

602 kata

GRATIS

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!