')">
Progress Membaca 0%

Chapter 4: Dahulu

Nitaosh94 15 Aug 2025 1,487 kata
GRATIS

Secara tiba-tiba, lampu di rumah Olive mati. Pada malam hari ini, telah diberitahukan bahwa  pemadaman listrik bergilir akan terjadi di perumahan tempat dia tinggal dan kini itu pun terjadi.

 

Seketika, terlihat cahaya putih yang semakin mendekat ke arah Olive. Ibu Graci datang dengan membawa lilin, ternyata cahaya putih tadi berasal dari lilin tersebut.

 

Tatapan Olive seketika terfokus pada satu buku di ruang tamu yang sebelumnya tidak pernah dilihat olehnya. Buku itu sangat unik dan berbeda dari kebanyakan buku yang dia temui.

 

"Ma, sejak kapan kita punya buku itu? Kok, aku gak tahu?" tanya Olive sembari menunjuk buku yang dia maksud.

 

"Sepertinya itu buku milik kakakmu."

 

"Kak Sia? Kenapa tidak dibawa ke rumahnya saja, Ma?"

 

"Sepertinya dia tidak sadar kalau buku itu ketinggalan di sini. Mama juga gak tahu, Sayang. Kemarin, Mama lagi beberes, terus ketemu buku itu ditumpukkan dus yang gak sengaja tersenggol."

 

"Kakak suka koleksi buku kuno begini ya, Ma?"

 

"Iya. Kalau kamu mau lihat, ambil saja. Di lorong juga masih banyak buku kakakmu."

 

"Mau, dong! Jadi penasaran, Ma."

 

Olive mengambil buku berwarna ungu itu, dengan bentuk yang unik yaitu berbentuk segi enam, bentuk buku yang sangat berbeda dengan kebanyakan buku biasanya.

 

30 menit telah berlalu, lampu pun kembali menyala. Dibawanya buku itu masuk ke dalam kamar, lalu dibuka halaman demi halaman dan dibaca semuanya oleh Olive.

 

"Wow!" Betapa takjubnya Olive ketika membaca buku itu.

 

"Ternyata ada buku fantasi sekeren ini!" Tak henti-hentinya dia mengekspresikan rasa kagumnya itu.

 

Dengan sekejap, Olive merasakan kesedihan itu lagi, dia kembali teringat dengan tabungannya yang sudah habis yang diakibatkan ganti rugi waktu itu. Mau minta lagi kepada ibunya tetapi dia tidak mau menyusahkan beliau. Jadi dia memutuskan untuk mencari pekerjaan agar bisa mengembalikan uang tabungannya itu karena ibunya pasti akan bertanya tentang hal itu.

 

Jangan bersedih, aku akan selalu ada untukmu. Suara yang asing yang terus mengikuti dia, kini datang lagi.

 

Suara itu kembali terdengar, seakan Olive berhalusinasi lagi. Akhir-akhir ini dia sangat sering berhalusinasi, bahkan berturut-turut, semenjak dia pingsan waktu itu.

 

Jangan bersedih, aku akan selalu ada untukmu.

 

Sudah sebanyak dua kali terdengar, Olive kembali menutup telinganya, dia tidak tahan mendengar suara itu lagi. Dia langsung keluar dari kamarnya dan pergi ke rumah Cleo.

 

Saat berjalan menuju rumah Cleo, dia berpapasan dengan pria yang tidak asing baginya. Pria itu tersenyum kepada dia, lalu kembali bertanya, "Christa?"

 

Sudah beberapa kali dia bertemu dengan seseorang dan dipanggil dengan nama Christa.

 

"Anda ini siapa? Kenapa memanggil saya begitu? Apa Anda mengenal saya? Tetapi saya tidak mengenal Anda. Apa Anda temannya Elina?"

 

Nama Elina kembali disebutkan oleh Olive. Pria yang menggunakan kemeja hitam itu menjadi kaget ketika mendengar jawaban dari Olive.

 

"Kamu tidak mengenal aku?"

 

Olive kembali menggeleng.

 

"Mungkin ini adalah alasan surat ini ada padaku." Pria itu menunjukkan surat yang dia bawa kepada Olive.

 

Olive mengerutkan dahinya, dia bingung dengan apa yang sedang dibicarakan oleh pria itu.

 

"Ini! Kamu baca saja." Pria itu memberikan surat yang dia bawa pada Olive.

 

Dikarenakan rasa penasarannya, Olive pun menerima surat itu, lalu dia mulai membacanya tanpa curiga sama sekali.

 

Untuk Christa.

 

Halo, Christa.

 

Maaf, aku pergi begitu cepat. Maaf juga, sampai sekarang aku masih saja merepotkan dirimu.

 

Pertama-tama, aku ingin berterima kasih kepadamu, karena kamu sudah mau membantuku dan sudah bersedia juga membantu menyampaikan pesanku pada kedua orang tuaku. Terima kasih telah menjadi sahabat terbaikku.

 

Kamu pasti bertanya-tanya, apa alasanku menulis surat ini dan bagaimana bisa aku menulis surat ini sedangkan aku sudah lama meninggal dan hanya arwahku saja yang masih berada di sini? Tebakanku benar, bukan? 

 

Baiklah, aku akan menjawab semua pertanyaanmu itu, diriku bisa menulis surat ini karena aku meminjam tubuh manusia. Pasti aneh sekali 'kan bagimu? Kalau dipikirkan dengan logika, itu semua pasti mustahil, kan? Memang sangat mustahil.

 

Tujuanku menulis surat ini karena ingin memberi tahu suatu hal padamu.

 

Sebenarnya ada satu rahasia yang tidak kamu ketahui—

 

Ujung surat itu tersobek, membuat sebagian isi dalam surat itu tidak bisa tersampaikan menyeluruh.

 

Olive menatap pria itu dengan berbagai tanda tanya. "Apa ini? Rahasia apa yang dimaksud? Surat dari siapa ini? Sahabatku yang mana? Apa benar dia sudah tiada?" Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh Olive kepada pria itu, segala yang mengganjal dikeluarkan semua olehnya.

 

"Surat itu dari Chelsy," jawab pria itu, singkat

 

Deg!

 

Chelsy? Suara wanita yang ada di dalam mimpiku saat di rumah sakit? Apa benar itu Chelsy yang sama? Olive berbatin.

 

"Apa benar dia sudah meninggal?" tanyanya kembali pada pria itu.

 

Pria itu mengangguk. "Ya, benar. Kamu pernah bercerita kepadaku tentang dia dan awal kita bertemu juga saat kamu sedang berada di makamnya—"

 

Deg!

 

Omongan pria itu tiba-tiba terpotong karena dia merasakan ada orang yang sedang memperhatikan mereka berdua di sana, pria itu sangat peka akan hal itu.

 

Ketika orang itu pergi, barulah pria itu melanjutkan ucapannya yang terputus.

 

"Dan di situ juga aku sedang berada di makamnya Jerry," lanjutnya.

 

"Jerry? Maaf, siapa lagi itu?"

 

Pria itu terlihat begitu sedih. "Dia kembaranku dan kamu juga mengenalnya."

 

"Bisa tolong ceritakan kembali tentang kembaranmu itu? Sepertinya saya sangat tidak asing mendengar nama itu."

 

"Aku kurang tahu bagaimana kalian bisa bertemu. Kamu belum pernah menceritakan hal itu padaku, tapi mungkin aku bisa kasih sesuatu yang membuat kamu mengingat dia kembali."

 

"Tunggu sebentar di sini, aku akan kembali lagi," lanjut pria itu dan berlalu pergi.

 

Menatap punggung pria itu dengan penuh tanda tanya, berharap dia kembali mengingat semua tentangnya, tetapi sepertinya sangat sulit.

 

Sudah 15 menit berlalu, tetapi pria tadi tidak kunjung datang juga. Olive merasa menunggu ini semua sepertinya akan sia-sia saja, menunggu ketidakpastian ini menjadi pasti itu membutuhkan waktu yang tidak singkat.

 

Setibanya di rumah, pria itu masih terus mencari barang yang bisa dibawanya untuk meyakinkan Olive tentang Jerry.

 

"Kemana ya? Kok, gak ada, sih."

 

Pria itu kembali mencari di dalam lemari pakaian dan pada akhirnya ditemukan juga apa yang sedang dicari olehnya. Dengan wajah tersenyum lebar, dia membawa lembaran foto itu dengan bangganya.

 

Berjalan ke tempat awal mula bertemu kembali dengan Olive yang dia sebut dengan nama Christa, setelah 20 menit berlalu. Saat sampai di sana, dia tidak menemukan keberadaan Olive, dikarenakan terlalu lama menunggu, dia membuat Olive berpikir bahwa dia berbohong akan ucapannya itu.

 

Awalnya Olive berpikir begitu, tetapi tiba-tiba saja dia berubah pikiran, dia kembali ke tempat itu untuk menunggu pria itu.

 

Ketika pria itu hendak pergi meninggalkan tempat itu, di sana dia datang kembali.

 

"Tunggu!" teriak Olive.

 

Pria itu menoleh lalu tersenyum.

 

"Aku tahu, kamu pasti akan menungguku. Makasih karena kamu sudah mau kembali menemuiku, Christa."

 

"Maaf, saya Olive bukan Christa.

 

"Tapi aku tetap yakin, bahwa kamu itu Christa."

 

"Semoga dengan ini kamu bisa mengingat kembali tentang Jerry, ya," lanjut pria itu sembari memberikan selembar foto pada Olive.

 

Olive mengambil foto itu dan dia kembali bertanya-tanya akan foto yang diterima olehnya.

 

"Ini? Rumah siapa?" Ternyata itu adalah sebuah foto rumah, rumah lamanya, yang diberikan oleh pria itu kepada Olive.

 

"Kamu tidak mengingatnya?"

 

Olive menggeleng.

 

"Aku ini Derry, kembaran Jerry dan foto itu adalah rumah lama kamu, tempat kamu bertemu dengan Jerry. Aku hanya tahu itu, selebihnya aku tidak tahu sama sekali, kamu hanya memberitahuku itu saja." Pria itu menjelaskan.

 

Olive kembali memaksa dirinya agar bisa mengingat itu semua, tetapi kepalanya terasa begitu sakit, sakit sekali.

 

"Coba ingat lagi, Ta. Aku mohon, ingatlah." Derry terus memohon.

 

Menurut Derry, rumah yang ditinggali Olive dulu itu adalah rumah yang ada di dalam foto itu, tetapi dia tidak tahu pasti kenapa Olive bisa pindah dari rumahnya yang dulu, padahal dia dulunya sangat tidak ingin pergi dari rumah itu.

 

"Apa Jerry itu mahluk tak kasat mata?" Olive kini mengeluarkan pendapatnya.

 

Jangan bersedih, aku akan selalu ada untukmu.

 

Kalimat itu masih terus terngiang-ngiang, terus mengisi pikirannya. Berkali-kali terdengar, ilusi yang tidak masuk akal selalu saja menghampiri Olive.

 

Berada di tempat yang tidak seharusnya, kejanggalan semakin terlihat. Semua ini terasa benar-benar tidak masuk akal.

 

Olive dibuat kebingungan, sampai-sampai dia tidak bisa tidur. Dia memutuskan untuk ke lorong yang terletak bersebelahan dengan kamarnya, lorong yang sengaja dibuat untuk meletakkan koleksi buku-buku milik Sia, yang berisi banyak sekali jenis buku di dalamnya. Olive sangat berharap ketika membaca salah satu buku di sana bisa membuatnya sedikit tenang dan dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan tentang Jerry dan masa lalu Christa yang membuat kepalanya mumet memikirkan itu semua.

 

Lorong yang berisi banyak buku, debu ada di mana-mana dikarenakan sudah lama sekali lorong ini tidak dibersihkan semenjak Sia, kakaknya Olive, pindah dan memilih untuk tinggal dengan suami barunya, lorong itu menjadi tidak terurus.

 

Olive mengambil satu buku dan langsung dibacanya di sana.

 

Bruk!

 

Buku-buku yang lainnya berjatuhan tanpa sebab.

Daftar Chapter

Chapter 1: Siapakah Diriku Sebenarnya?

1,099 kata

GRATIS

Chapter 2: Sesuatu yang Aneh

1,118 kata

GRATIS

Chapter 3: Terlintas

1,649 kata

GRATIS

Chapter 4: Dahulu

1,487 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 5: Satu demi Satu

1,126 kata

GRATIS

Chapter 6: Waktu yang Memutuskan

1,016 kata

10 KOIN

Chapter 7: Hari yang Mencekam

1,054 kata

10 KOIN

Chapter 8: Kesedihan

2,178 kata

10 KOIN

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!