')">
Progress Membaca 0%

Chapter 4: Malam Seru

Freddy San 15 Aug 2025 1,189 kata
GRATIS

Setelah selesai membersihkan tubuh dan pikiran yang mulai terkontaminasi dengan godaan masa lalu, Kendra kembali turun untuk makan malam dan lanjut dengan kebiasaan mereka, yaitu berbincang hangat sambil nonton televisi. Mereka biasa seperti itu setiap malam sambil menikmati makanan kecil yang telah Maura persiapkan. 

Rutinitas seperti itu menjadi sangat penting dan wajib, meski hanya sekadar berbagi cerita tentang apa yang sudah mereka alami di siang hari. Mereka saling berbagi rasa yang terkadang bahagia, kadang menjengkelkan. Namanya juga hidup. Setiap hari akan selalu ada cerita berbeda.

Maura tidak mengajar banyak mata kuliah. Dia tetap lebih fokus pada mengurus rumah tangganya. Karena itulah, dia hanya beberapa jam saja berada di kampus. Selebihnya, dia lebih suka menghabiskan waktunya di rumah dan mempersiapkan kudapan serta makan malam untuk suami tercinta. Maura bahkan menolak ketika Kendra mengusulkan untuk punya asisten rumah tangga yang bisa standby 24 jam di rumah mereka alias menginap. 

Maura hanya menggunakan jasa tukang bersih-bersih rumah setiap pagi setelah dia berangkat ke kampus. Pembantu bertanggung jawab pada kebersihan rumah dan mengurus pakaian saja. Kalau untuk urusan memasak, Maura tetap akan menghandle-nya sendiri. Pembantu pulang sekitar pukul tiga sore setiap harinya.    

Kendra dan Maura memang berusaha untuk terus menjaga komunikasi agar tidak terjadi salah paham. Saling peka itu sulit. Ini bukan soal cinta atau tidak. Kalau kita tidak pernah mengatakan, dari mana pasangan akan tahu tentang apa yang kita inginkan atau rasakan? Terlebih lagi Kendra, yang bisa dibilang sama dengan pria pada umumnya, lebih cuek pada situasi sekitar. Dia juga bukan seorang cenayang yang bisa dengan mudahnya membaca pikiran orang. Karena itulah, dia ingin Maura selalu berterus terang kalau ada apa-apa.   

Selama ini Maura selalu terbuka dan jujur apa adanya sehingga Kendra juga tidak terlalu sulit untuk memahami dia. Komunikasi yang terus terjaga membuat mereka bisa bertahan sampai sejauh ini, meski tidak ada cinta. Beberapa orang memang tidak percaya. Mereka tetap ngotot kalau Kendra dan Maura sebenarnya sudah saling jatuh cinta. Hanya saja ... mereka tidak menyadari hal itu. 

Benar cinta ataupun tidak, itu bukan masalah bagi mereka. Kendra nyaman bersama Maura dan Maura nyaman berada di dekat Kendra. Itu saja sudah lebih dari cukup. Rumah tangga tanpa pertengkaran. Bukankah itu yang diidamkan oleh semua orang? Dan kami telah berhasil mewujudkannya.   

Berbeda dengan biasanya, malam ini obrolan bersama Maura diselingi Kendra dengan berkirim pesan. Alissa benar-benar pantang menyerah. Dia terus saja menggoda. Sepertinya, dia memang serius ingin kembali merajut benang asmara dengan pria itu. 

Kendra pun sulit untuk tidak meladeni. Meski tipis, getar-getar itu masih ada. Toh, ini hanya sekadar berbalas pesan, pikir Kendra. Ini bukan selingkuh. Anggap saja lelucon, sekalian bernostalgia tentang kisah kasih di masa SMA dulu. Cinta monyet, kalau kata orang-orang.  

Kemanjaan Alissa selalu saja membuat Kendra rindu. Canda dan tawa renyahnya ibarat candu yang selalu saja memabukkan, ingin lagi dan lagi. Jauh berbeda dengan Maura. Kendra dan Maura tidak pernah bercanda, apalagi saling bermanja. Mereka hanya sebatas berbincang santai, datar-datar saja. Yah, namanya juga tidak cinta.   

“Mas, kok, senyum-senyum sendiri?” Sentuhan lembut Maura di pipi membuat Kendra tersadar. Dia terbawa suasana saat membaca pesan dari Alissa. 

“Ng-gak. Ini pada bercanda di grup WA.” Kendra menjawab dengan gugup. 

“Oh. Sudah ngantuk belum? Ke kamar, yuk!” 

“Sebentar lagi, Sayang. Kamu duluan saja, ya,” jawabku dengan kedua mata masih tetap terpaku pada layar telepon genggam.

“Emh, oke.” Maura tampak kecewa. Baru kali ini Kendra memintanya pergi ke kamar sendirian. 

Sudah lebih dari satu jam Kendra dan Alissa saling berbalas pesan. Mantan terindah itu tidak mau mengakhiri keseruan malam ini. Padahal, Kendra sudah beberapa kali berpamitan.  

[Sudah malam. Besok lagi, ya.]

Alissa malah memulai topik pembicaraan baru dan terpaksa Kendra terus membalasnya. Yang mereka bicarakan sebenarnya tidak ada yang penting. Alissa hanya ingin membawa Kendra terjerembab ke perasaan yang dulu. Sialnya, pria itu malah menikmati. 

[Besok makan siang bareng, ya?]

Ketemu lagi? Kalau hanya sebatas berbalas pesan, Kendra masih bisa menahan diri. Kalaupun si Johny tiba-tiba menggeliat, dia bisa menenangkannya lagi di bawah shower. Namun, kalau ketemu langsung dengan Alissa ... Kendra tidak yakin kalau si Johny bisa dengan mudahnya dia taklukkan. Tadi siang saja, susah payah dia harus menahan sakit akibat celana yang jadi sesak tiba-tiba.  

Dulu, hubungan mereka memang sudah terlampau jauh. Meski tidak sampai melanggar batasan merah, tetapi sekadar berciuman, berpelukan, dan saling raba, itu sudah hal biasa. Maklum, gairah anak muda. Si Johny juga sudah pernah berkenalan dengan tangan Alissa. Mungkin karena itu, sekarang dia selalu menggeliat, bahkan ketika Kendra dan Alissa hanya saling berbalas pesan seperti sekarang ini. Johny juga ingin bernostalgia rupanya. 

[Bahaya kalau kita terus ketemu, Al. Nanti terjadi hal-hal yang diinginkan.] 

Kendra mencoba untuk membalut penolakan dengan sedikit guyonan. Sungguh, dia takut akan kehilangan kendali jika terus bertemu dengan Alissa. 

[Kamu pengin, ya? Yuk! Masih ingat nggak, kita pernah berhenti di rumah tua. Mesra-mesraan, campur ketakutan.]

Ah, sial! gerutu Kendra. 

Kenangan itu jadi terkuak kembali. Karena hujan deras dan lupa membawa mantel, mereka lantas berteduh di rumah tak berpenghuni. Situasi sangat mendukung saat itu. Jalanan sepi, dingin, dan ada bangunan kosong. Bisikan setan berubah menjadi teriakan. Mereka hanyalah manusia biasa yang tidak mampu untuk melawan. Merinding, tetapi tak menyurutkan niat mereka untuk bermesraan di sana. 

[Dih, aku malah dikacangin. Entar aku jadi martabak, neh, kalau terus dikacangin!]

Kendra cekikikan melihat Alissa kesal karena pesannya tidak segera dibalas. 

Duh, bibir dia itu menggemaskan kalau sedang kesal, ucap Kendra di dalam benak. Bibir merah alami, selalu basah dan menggoda untuk dikecup. 

[Aku serius, Al. Sebaiknya kita tidak ketemu lagi.]

Kendra tidak ingin menjadikan Alissa pelakor. Label itu terlalu buruk untuk makhluk secantik dia. Kendra harus bisa menjaga agar keadaan tetap terkendali.   

[Aku nggak bisa, Ken. Aku pasti rindu!]

[Aku juga, Al. Tapi, selama ini aku berhasil, kok. Kamu juga pasti bisa.] 

Rindu. Rindu memang tak pernah bersuara, tetapi terus memanggilmu untuk mencari. Makin keras upayamu untuk membunuhnya, makin buas juga dia menerkam dan melahap seisi hati, bahkan menelan semua akal serta logika agar tidak lagi berani bersuara. Jadi, lebih baik abaikan saja semua rindu. Jangan dilawan, tapi coba lupakan.  

Hal itu yang selama ini Kendra jaga. Jangan sampai rindu terlarang ini meluluhlantakkan pertahanan iman. 

Kita sama, Al. Kita sama-sama merindu! Kendra meratap di dalam hati.

[Ajari aku cara merindu, tanpa harus bertemu.]

Hati Kendra terasa nyeri ketika membaca pesan balasan dari Alissa. Sepertinya, dia harus membagi trik yang selama ini dia lakukan.  

[Segera cari pria lain untuk mendampingimu.]

Cinta itu butuh pengalihan. Ketika dua hati sudah tak mungkin lagi untuk bersatu, maka pemain cadangan harus segera diturunkan ke lapangan. Dia akan membantu kita untuk melupa, meskipun tidak selamanya. 

[Kalau tidak bisa?] Alissa masih saja mengirimkan pesan. 

Kendra tidak bisa membalas lagi karena memang hanya itu cara yang dia tahu. Mata Kendra tetap terpaku ke arah layar. Selama hampir sepuluh menit, mereka sama-sama diam dan tidak mengetikkan apa-apa hingga Alissa kembali mengirimkan pesan.

[Aku akan masuk Islam dan menjadi istrimu.]  

Daftar Chapter

Chapter 1: Bab 1

1,292 kata

GRATIS

Chapter 2: Bincang Mantan

1,169 kata

GRATIS

Chapter 3: Bab 3

1,081 kata

GRATIS

Chapter 4: Malam Seru

1,189 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 5: Tawaran Gila!

1,339 kata

GRATIS

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!