')">
Progress Membaca 0%

Chapter 2: Bab 2

Emery 23 Aug 2025 722 kata
GRATIS

Sesampainya di rumah sakit dan menghentikan laju kendaraannya di depan ruang IGD, Riko langsung menggendong Kinan dan berteriak meminta pertolongan kepada petugas medis yang sedang bertugas.

"Tolong …." Teriak Riko lantang dan disambut dengan derap langkah para petugas medis yang saling berlari menghampirinya.

"Ada apa dengan istrinya, Pak?" tanya salah satu dokter jaga yang bertuliskan nama Daniel di name tag pakaiannya.

"Em … Dia bukan istri saya, Dok,” ucap Daniel sambil menatap lekat sang dokter.” Tadi tidak sengaja Mbak ini berlari di jalan raya saat mobil saya sedang melintas."

"Silakan baringkan di sini, Pak. Biar kami periksa terlebih dulu pasiennya dan tolong diselesaikan lebih dulu biaya administrasinya!"

"Baik. Sebentar saya urus dulu!"

Sesuai perkataan sang petugas medis tadi, Riko gegas mengurus biaya pendaftaran Kinan dengan berjalan menggandeng tangan Rahma yang sedari tadi ikut menemaninya. Setelah dirasa proses pendaftaran selesai. Riko kembali ke area depan IGD untuk memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang seharusnya karena posisi parkir mobilnya saat ini bisa mengganggu lalu lintas kendaraan lain yang juga berlalu lalang di sekitar IGD.

"Rahma, maaf ya Papa tidak bisa gendong Rahma karena baju Papa kotor terkena darah Tante tadi ya, Nak," ucap Riko merasa kasihan dengan kondisi putrinya yang bolak-balik ikut dengannya dengan berjalan kaki.

"Iya, Pa. Jalannya pelan-pelan saja ya, Pa!” Pinta Rahma yang terlihat kelelahan.

"Iya, Sayang. Ayo kita lihat kondisi Tante lagi!"

"Oke, Pa!" Dengan terpaksa Riko harus berjalan pelan-pelan mengingat kondisi Rahma yang sudah nampak kelelahan. Hingga tidak terasa bapak dan anak itu sudah kembali berada di ruang tunggu depan IGD.

Riko harap-harap cemas menanti di depan IGD. Bagaimanapun juga dia cukup mengenal sosok wanita yang sedang terbaring tidak sadarkan diri di dalam. Sosok perempuan salah satu teman karib mendiang sang istri. Bahkan sosok perempuan itulah yang menyebabkan sang istri sakit-sakitan, karena memikirkan nasib tragis sang sahabat yang menjadi korban pemerkosaan, hingga akhirnya sang istri meninggalkan Riko dan sang putri tercinta saat masih balita.

"Papa … Rahma ngantuk, mau bobo, Pa," sang putri tercinta rupanya sudah lelah dan ingin beristirahat, apalagi waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Wajar saja jika Rahma sudah mengantuk, karena sedari ditinggal sang istri untuk selama-lamanya dirinya selalu mengajari Rahma tidur lebih awal.

"Tidur di kursi tunggu saja, Sayang. Sambil menunggu Tante tadi siuman ya! Nanti kalau Tante sudah ada kabar dari Dokter, kita baru pulang ya!"

"Iya, Pa." Tanpa banyak tanya lagi, Rahma pun terlelap dalam buaian alam mimpi dengan tertidur berbantalkan paha sang papa.

Masih dengan kondisi lelah dan harap-harap cemas Riko terus berdo'a semoga Kinan tidak mengalami luka serius. Hingga sekitar 1 jam setelah Kinan ditangani oleh petugas medis. Salah satu dokter keluar dari ruangan tindakan dengan berjalan menghampiri dirinya.

"Dengan keluarga, Ibu Kinan?" tanya dokter paruh baya yang keluar dengan mengenakan jubah kebesaran seorang dokter.

"Iya, Dok. Maaf saya tidak bisa berdiri karena putri saya baru saja tertidur. Bagaimana kondisi pasien, Dok?"

"Iya, Pak. Tidak masalah. Jadi setelah kami periksa secara menyeluruh tidak ada luka yang serius yang dialami oleh pasien. Namun, bisa dikatakan dirinya terlalu syok dan mengalami tekanan darah rendah sehingga menyebabkan pasien hingga tidak sadarkan diri."

"Tapi kenapa saat saya bawa ke rumah sakit pasien banyak sekali mengeluarkan darah, Dok?" tanya Riko bingung, bahkan baju yang dikenakannya saja banyak sekali noda darah yang tertinggal.

"Itu efek dari luka yang ada di kaki dan kening pasien, Pak. Luka itu bisa dikatakan cukup dalam sehingga kami perlu menjahit lukanya supaya tidak terjadi pendarahan dan saat ini pasien sedang beristirahat efek obat bius. Namun, selama masa pemulihan pasien tetap harus dirawat di rumah sakit selama 2 hari. Nanti tolong diurus proses pemesanan kamar rawatnya ya, Pak.

"Baik, Dok. Apa pasien sudah dapat kami temui lebih dulu?" tanya Riko karena dia ingin memberi kabar pada keluarga pasien. Khawatir orang tua Kinan mencari, mengingat kondisi sudah cukup larut malam.

"Berhubung pasien masih belum sadarkan diri sebaiknya Bapak urus administrasi pemindahan ke ruang rawatnya lebih dulu. Nanti setelah proses pemindahannya selesai, Bapak bisa langsung menemui pasien di ruang rawatnya."

"Baik, Dok. Kalau begitu saya mau urus proses administrasi lebih dulu!"

"Baik, kalau sudah tidak ada yang ditanyakan kembali saya mau izin undur diri ya, Pak."

"Baik, Dok. Sekali lagi terima kasih."

Setelah sang dokter berlalu dari hadapan Riko, dengan terpaksa Riko menggendong Rahma meski terdapat banyak noda darah pada pakaian yang dikenakan. Riko kembali berjalan menuju bagian administrasi karena tidak mungkin bagi Riko meninggalkan Rahma seorang diri. 

Daftar Chapter

Chapter 1: Bab 1

741 kata

GRATIS

Chapter 2: Bab 2

722 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 3: Bab 3

781 kata

GRATIS

Chapter 4: Bab 4

890 kata

GRATIS

Chapter 5: Bab 5

750 kata

GRATIS

Chapter 6: Bab 6

819 kata

10 KOIN

Chapter 7: Bab 7

738 kata

10 KOIN

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!