Chapter 4: Bab 4
Sepeninggal Riko, Kinan belum bisa beristirahat dengan tenang mengingat dirinya mencemaskan keadaan sang ibu. Kinan bahkan bingung harus menerangkan situasi yang dialaminya beberapa jam yang lalu. Walaupun bisa dikatakan ini bukan kali pertama dirinya ditolak oleh keluarga calon suami dan lagi-lagi karena statusnya yang korban pemerkosaan.
" Ya Allah, Semua bukan ingin dan salahku. Apakah aku bisa melewati semua cobaan ini?" ratap Kinan sambil menengadahkan kedua telapak tangan disetiap do'a yang dia panjatkan.
Namun, bukan hanya itu yang saat ini mengganggu pikiran Kinan. Kenapa suami dari sahabatnya Yana hanya berdua dengan putrinya saja? Setahu Kinan mereka berdua merupakan pasangan yang selalu kompak dan nampak harmonis. Yang Kinan tahu pasti, kalau Yana tipe istri pencemburu, jadi tidak mungkin membiarkan suami dan anaknya hanya berdua saja keluar rumah tanpa dirinya ikut.
Karena terlalu pusing dan lelah Kinan berusaha memejamkan mata yang sudah agak mengantuk efek obat yang diberikan melalui saluran infus. Hingga Kinan terlelap dan terbuat dalam alam mimpi yang selalu membuatnya tenang.
Setelah sebelumnya mampir ke nurse station untuk meminta bantuan salah satu perawat untuk menjaga Kinan dengan memberikan uang imbalan yang tidak sedikit. Riko terus memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Kondisi jalanan yang sepi dan banyaknya hal yang harus dilakukannya menyebabkan Riko seakan-akan berpacu dengan waktu agar semua tugas yang harus dikerjakan cepat selesai.
Hingga 30 menit setelah Riko berkendara, sampai lah dia di salah satu kawasan perumahan mewah tempat dirinya tinggal bersama kedua orang tua dan keluarga lainnya. Rumah bergaya Eropa itu berdiri kokoh di lahan seluas 3000 meter persegi. Bahkan untuk sampai ke kamar sang putri satu-satunya itu Riko harus menaiki tangga dengan jumlah anak tangga yang lumayan banyak.
Setelah membaringkan Rahma pada tempat tidur di kamar yang bertokohkan karakter princess kegemaran sang putri, dirinya mengambil baju tidur untuk Rahma dan menggantinya dengan hati-hati. Agar Rahma jangan sampai terbangun dalam tidur lelapnya. Apalagi sang putri terlihat sangat kelelahan mengikuti dirinya dengan berjalan sepanjang koridor rumah sakit tanpa mengeluh sedikitpun.
Dengan sangat terpaksa Riko harus membangunkan pengasuh Rahma agar menemaninya tidur di kamar sang putri. "Mbak, tolong temani Rahma tidur di kamarnya. Saya ada perlu jadi harus siap-siap pergi lagi," ucap Riko setelah membangunkan Ana yang merupakan pengasuh dari Rahma semenjak sang putri ditinggal meninggal ibunya untuk menghadap Sang Khaliq.
"Siap, Mas Riko. Kok baju Mas Riko banyak darahnya?" Tiba-tiba Ana mendekat dan membelai dada Riko yang terdapat banyak noda darah milik Kinan.
"Saya permisi, Mbak. Sekali lagi tolong jaga Rahma." Riko segera berlalu meninggalkan Ana yang bersikap seperti merayu dirinya, bahkan Riko dapat melihat kalau baju tidur yang dikenakan Ana terlalu sexy dan terbuka untuk dilihatnya. Dia merasa risih dan terganggu.
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Riko segera melajukan mobil mewah miliknya menerjang pekatnya malam ke rumah Kinan. Masih segar dalam ingatan Riko alamat rumah Kinan yang terdapat dipinggiran perkampungan tidak jauh dari tempat tinggalnya saat ini. Dan Riko mengetahui alamat rumah Kinan karena sering mengantarkan mendiang istrinya saat dulu bermain ke rumah Kinan.
Tok tok tok!
"Asslamu'alaikum." Riko mengucapkan salam setelah sebelumnya mengetuk pintu sang pemilik rumah. Tidak lama berselang muncul seorang wanita paruh baya sekitar usia 50 tahunan, berjalan menghampiri dirinya yang sedang berdiri menunggu di depan pintu sambil memandang Riko dengan pandangan bingung dan heran karena bisa dikatakan Riko bertamu di waktu yang tidak lazim mengingat jam sudah menunjukkan hampir pukul 12 malam.
"Ada apa ya, Mas?" tanya Ibu Kinan dengan wajah dan raut muka yang masih terlihat bingung. Bahkan sepertinya ibu Kinan ini belum istirahat terlihat wajah lelah dari wanita yang membukakan pintu untuknya barusan.
"Maaf, Bu. Em … kalau kedatangan saya mengganggu waktu istirahat Ibu," ucap Riko sedikit gugup.
"Iya, Nak. Sepertinya Ibu tidak asing dengan wajah kamu, tapi ada perlu apa, ya?" tanya ibu Kinan memandang lekat wajah pria tampan yang sepertinya cukup familiar di matanya.
"Saya Riko, Bu. Suami mendiang Yana, sahabat Kinan. Kedatangan saya ke sini ingin menjemput Ibu untuk menemani Kinan di rumah sakit. Mohon maaf sebesar-sebasarnya karena tadi saya sempat menabrak Kinan saat mobil saya melaju di jalan raya," ucap Riko dengan perasaan cemas khawatir ibu dari Kinan marah kepadanya.
"Astagfirullah hal'azim. Pantas saja dari tadi Ibu cemas menunggu Kinan yang tidak kunjung pulang. Bagaimana keadaan anak saya, Nak Riko?" tanya Ibu Kinan dengan air mata yang sudah membanjiri pipi tirusnya.
"Tidak ada luka yang serius, Bu. Tapi Kinan tetap harus di rawat di rumah sakit mengingat kondisinya yang lemah akibat kecelakaan tadi. Saya ke sini sekalian menjemput Ibu dan mengambil pakaian ganti serta keperluan lainnya yang sekiranya Kinan butuhkan selama dirawat," jelas Riko.
"Baik, Nak Riko. Silahkan tunggu di kursi teras saja ya, maaf sudah malam Ibu tidak bisa mempersilakan Nak Riko untuk masuk ke dalam. Ibu akan mempersiapkan barang-barang kebutuhan Kinan terlebih dahulu."
Ibu Kinan bergegas masuk ke dalam rumah mengambil beberapa pakaian serta peralatan mandi sang putri tercinta, dengan kondisi tangan yang bergetar Ibu Kinan menyusun satu-persatu barang bawaannya ke dalam tas jinjing yang dia miliki satu-satunya. Bahkan tas jinjing itu sudah terlihat lusuh dimakan usia.
“Ada apa dengan Kinan? Setahuku dulu kondisi Kinan tidak seperti ini?” batin Riko bertanya. Mengingat teman mendiang istrinya itu memang terkenal sebagai pribadi yang sederhana. Tapi ketika tidak lama berjumpa yang terlihat lebih memprihatinkan dari kondisi yang dia ketahui.
Cat rumah Kinan yang nampak sudah berwarna kekuningan, padahal warna cat asli tembok tersebut seharusnya putih bersih. Di beberapa bagian pun terlihat plafon rumah yang terlihat sudah bolong, efek bocor.
Daftar Chapter
Chapter 1: Bab 1
741 kata
Chapter 2: Bab 2
722 kata
Chapter 3: Bab 3
781 kata
Chapter 4: Bab 4
890 kata
Chapter 5: Bab 5
750 kata
Chapter 6: Bab 6
819 kata
Chapter 7: Bab 7
738 kata
Komentar Chapter (0)
Login untuk memberikan komentar
LoginBelum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!