')">
Progress Membaca 0%

Chapter 2: Lunas

Azizah Noor Qolam 29 Aug 2025 1,443 kata
GRATIS

Arga membuka mata perlahan. Gelap. Kepala terasa sakit. Saat ingin memegang kepala, tangan ternyata terikat. Sekuat tenaga ia berusaha melepas ikatan, tetapi tidak bisa. Terlalu kuat! Tidak hanya tangan, kaki juga terikat.

 Aroma amis darah tiba-tiba menyeruak, membuat perut mual. Ia tidak tahu berada di mana. Ia hanya ingat, ada orang memukul kepala dari belakang saat akan masuk ke mobil. Setelah itu, ia tidak ingat apa pun lagi.

Samar, Arga mendengar derap langkah mendekat. Tiba-tiba ruangan tempatnya berada menjadi terang. Ia belum bisa melihat jelas karena silau. Saat mata sudah bisa melihat dengan jelas, ia dikejutkan dengan sesosok mayat pria berlumuran darah, tergeletak tepat di hadapannya.

“Mayat siapa itu?” Arga mendekat dengan cara mengesot. 

“Pa-Pak Da-mar.” Wajah Arga berubah pucat ketika tahu bahwa mayat itu adalah mantan sopirnya. 

“Wah, ternyata mantan suamiku sudah sadar. Bagaimana, sudah reuniannya? Kamu senang dengan kejutanku, Mas?” tanya seorang perempuan yang entah dari mana datangnya.

Arga menoleh. ”Ka-Kamila.” 

“Syukurlah, Mas masih mengenal mantan istrimu ini.” Kamila jongkok di depan Arga.

“Apa yang kamu lakukan pada Pak Damar?” tanya Arga dengan nada bergetar. 

“Aku hanya melakukan yang seharusnya dilakukan. Oh iya, aku punya satu kejutan lagi. Masuk!” panggil Kamila pada perempuan yang sedari tadi berdiri di balik pintu.

Perempuan dengan dress hitam ketat masuk sambil membawa sepiring nasi dan satu gelas air di atas nampan. Perempuan itu adalah Shauna, mantan istri keduanya. Tubuh Arga mulai gemetar. Ia tahu, apa yang akan terjadi setelah ini. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha melepas ikatan. Nyawanya tidak boleh melayang seperti Pak Damar. 

“Apa kabar, Mas? Mas pasti belum makan.” Shauna ikut berjongkok di dekat Kamila, lalu tersenyum miring. ”Mau aku suapin?” 

“Jangan dulu, Sha.” Kamila melarang Shauna. Ia malah mengeluarkan sebilah pisau dari balik blazer.

“Kamu mau apa, Mila?” Arga ketakutan. Ia menggeser tubuh ke belakang untuk menghindar. 

Kamila terus mendekat. Arga terpojok. Tidak ada lagi jalan untuk menghindar. Kamila menjambak rambut pria yang sudah menghancurkan keluarga dan membuatnya terpaksa menjajakan diri pada pria hidung belang di luar sana. Arga telah menjualnya kepada Mami Wina. 

Arga meminta maaf atas perbuatan di masa lalu. Namun, Kamila menganggap ucapan itu bagai angin lalu. Perlahan, ia mulai menggores wajah tampan penjerat wanita itu. Teriak kesakitan menggema di ruangan. Tidak hanya satu goresan, perempuan itu mencipta banyak luka. Setelah puas, ia menyuruh Shauna untuk menyuapi pria tersebut. 

Tanpa belas kasihan, Shauna membuka mulut Arga, lalu memaksanya makan. Dua suap nasi sudah masuk ke perut. Kemudian, ia menyuruh Arga untuk minum. Pemberontakan terjadi. Arga menutup mulut rapat-rapat. Karena kesal, Shauna mencekik leher pria tersebut.

Saat mulut terbuka, Shauna langsung memasukkan satu gelas air. Setelah itu, ia menutup mulut Arga secara paksa. Tidak berapa lama, tubuh Arga kejang-kejang. Dari mulutnya keluar busa. 

Tiga tahun lalu ….

“Mas Arga, aku pulang!” Shauna membuka pintu. Ia mengerutkan kening saat melihat koper besar di ruang tamu. Ia pun mencari keberadaan sang suami. Saat akan membuka pintu kamar, Arga keluar dari sana.

“Mas, kenapa ada koper di ruang tamu? Mas mau ke mana? Kenapa tidak bilang dulu kalau mau pergi?” Shauna memberondong Arga dengan pertanyaan. 

“Bukan aku yang mau pergi, tapi kamu,” sahut Arga. 

“Maksud Mas?” tanya Shauna, tidak mengerti. 

“Sekarang semua harta peninggalan orang tuamu adalah milikiku, termasuk rumah dan mobil yang kamu pakai. Lagi pula, kamu sudah bukan istriku lagi.” Arga melempar satu berkas dokumen ke hadapan Shauna. 

Shauna menangkap dokumen itu, lalu membaca lembar demi lembar. Itu adalah surat cerai. Kapan ia menandatangani? Kenapa semua jadi seperti ini? Tubuh perempuan itu makin terguncang saat membaca surat peralihan semua harta menjadi atas nama Arga. Ia baru ingat, satu bulan ke belakang Arga memintanya untuk menandatangani beberapa dokumen tanpa dibaca terlebih dahulu. Ternyata, itu adalah dokumen peralihan dan surat cerai.

“Makanya, jadi perempuan itu jangan terlalu bucin. Cerdas dikit! Jangan apa-apa pakai hati,” ejek Arga sambil mendekat. ”Berikan kunci mobil dan dompet kamu, lalu segera angkat kaki dari sini.” 

“Kenapa Mas melakukan ini padaku? Mas udah janji akan menjaga aku sampai kapan pun? Mas, aku mohon. Jangan lakukan ini padaku!” Shauna memegang lengan Arga. ”Lagi pula, ini sudah malam. Aku mau pergi ke mana?” 

“Terserah kamu. Cepat pergi!” teriak Arga sambil merebut tas di tangan Shauna. Ia memegang lengan kanan perempuan itu, lalu menyeretnya.

”Bimo, bawa kopernya!” titah Arga pada tukang kebun yang baru saja datang. Meski bingung dengan yang terjadi, Bimo menuruti titah sang majikan. Ia menyeret koper dan mengikuti Arga dari  belakang. 

Setiba di ambang pintu, Arga mendorong Shauna hingga terjatuh. Tangis dan permohonan tidak sedikit pun mengetuk hati pria yang baru satu tahun menikah itu. Padahal, dunia Shauna sekarang ini hanyalah Arga. Ia tidak memiliki siapa pun lagi. 

Bimo meletakkan koper di depan Shauna. Ia sebenarnya tidak tega melihat anak majikannya dulu diperlakukan seperti itu. Namun, ia bisa apa? Jika membantu, bisa-bisa dipecat. Mau diberi makan apa anak dan istrinya di rumah? Belum lagi biaya sekolah, kontrakan, dan lain-lain. 

Arga menyuruh Bimo masuk, kemudian menutup pintu dan membiarkan mantan istrinya sendirian. Shauna coba berdiri. Percuma saja mengiba pada pria keras seperti Arga. Lebih baik ia pergi saja meski tidak tahu harus ke mana. 

Untuk terakhir kali, ia menatap rumah megah itu dengan hati pilu. Setelah puas, ia menyeret koper, melangkah pergi dari rumah yang penuh kenangan bersama orang tuanya. Dulu ada satpam yang berjaga di rumah ini, Pak Danu. Namun, satu minggu yang lalu, Arga memecatnya. Entah karena apa. Sampai saat ini, belum ada yang menggantikan Pak Danu. Mungkin semua itu sudah Arga rencanakan karena jika Pak Danu masih ada, satpam itulah yang akan melindungi Shauna. 

Shauna melangkah menjauh. Angin malam menemani menyusuri jalan. Ia tidak memiliki uang sepeser pun. Semua ATM, bahkan ponsel ada di dalam tas. 

“Ya Tuhan, aku harus pergi ke mana?” Shauna berhenti sejenak, melihat ke sekeliling. Sepi, hingga ia melihat cahaya dari belakang. 

Mobil berwarna merah berhenti tepat di depannya. Jendela terbuka, menampakkan perempuan cantik dengan riasan tebal. 

“Masuklah!” suruhnya. 

Shauna mengerutkan dahi, heran. Tidak kenal, tetapi kenapa perempuan itu memberinya tumpangan? Tanpa basa-basi pula.

“Eh, malah bengong. Cepet masuk! Bahaya, cewek seperti kamu berkeliaran jam segini,” ucapnya lagi. 

Benar juga perkataan perempuan itu. Malam makin larut. Pasti kejahatan akan bermunculan. Bagaimana jika ada pria mabuk, lalu melecehkannya? Tidak. Ia tidak bisa membayangkan. Tanpa banyak berpikir lagi, Shauna langsung masuk ke mobil dan duduk di sebelah perempuan itu. Mobil pun melaju. 

“Saya Kamila.” Perempuan itu memperkenalkan diri terlebih dahulu. 

“Saya—” 

“Shauna. Namamu Shauna.” Belum sempat menyelesaikan kalimat, Kamila langsung memotong.

Kamila melihat raut terkejut dari paras ayu di sampingnya. Serangkaian cerita mulai keluar dari mulutnya. Sudah hampir lima tahun terakhir ini ia mencari keberadaan Arga. Pria yang sudah merenggut nyawa keluarga dan memorak-porandakan hidupnya. Harta peninggalan orang tua diambil alih oleh pria itu. Bahkan, ia dijual pada Mami Wina yang menjadikannya perempuan malam. 

Pria macam Arga tidak akan puas. Ia pasti akan mencari mangsa baru dan menguras hartanya. Maka dari itu, Kamila berusaha mencari agar tidak ada lagi perempuan yang menjadi korban seperti dirinya. Akhirnya, Kamila menemukan Arga. Namun, semua sudah terlambat. Ia tidak bisa menyelamatkan keluarga Shauna. 

Kamila mengulurkan amplop cokelat berisi bukti perbuatan biadab Arga. Shauna membuka amplop itu. Air mata berjatuhan saat melihat orang tuanya meregang nyawa setelah memakan sup buatan Mbok Sri yang sudah dicampur racun oleh Arga. 

Rasa bersalah muncul. Ternyata bukan Mbok Sri pelaku atas kematian orang tuanya. Ia memang tidak memenjarakan Mbok Sri karena faktor usia. Namun, sebagai gantinya, pembantu yang sudah mengabdi bertahun-tahun itu harus dipecat. 

“Masih mending keluargamu diracun. Keluargaku habis dibunuh oleh orang suruhannya, termasuk sopir pribadiku. Aku masih ingat malam mengerikan itu.” Kamila menepikan mobil. Ia tidak ingin mengambil risiko kecelakaan karena dendam belum terbalaskan. 

”Shauna, bagaimana kalau kita balas kematian orang tua kita. Nyawa harus dibayar dengan nyawa,” ajak Kamila, penuh amarah. 

***

Penemuan dua mayat pria di gedung tidak terpakai menjadi berita hangat di beberapa stasiun televisi. Tidak butuh waktu lama bagi polisi untuk menangkap pelaku pembunuhan. Dua wanita tertangkap di rumah Kamila. Raut mereka terlihat bahagia. Tidak ada sesal dan rasa bersalah sama sekali. Bagi Shauna dan Kamila, melenyapkan Arga dan Pak Damar adalah sesuatu yang membahagiakan. Semua sudah lunas. Tidak masalah jika mereka harus membayar semuanya dengan mendekam di penjara. 

“Akhirnya, pria itu mati juga,” ujar seorang perempuan yang sedang menyaksikan berita terhangat itu. “Andai saja aku bisa ikut membunuh bersama dua perempuan itu, pasti lebih seru.” 

Perempuan itu mematikan televisi dan meminum kopi. Namanya Laras. Ia adalah korban perdana alias istri pertama Arga. Nasibnya tidak jauh berbeda dengan Kamila dan Shauna. Entah, masih ada korban lain atau tidak selain mereka.

 

Daftar Chapter

Chapter 1: Buta

1,803 kata

GRATIS

Chapter 2: Lunas

1,443 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 3: Ruang Bawah Tanah

1,415 kata

GRATIS

Chapter 4: Diteror Mantan Hantu

1,653 kata

GRATIS

Chapter 5: Semua Salah Kalian

625 kata

GRATIS

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!