Chapter 4: Diteror Mantan Hantu
Sesosok pria dengan setelan jas muncul dari bawah ranjang. Ia berdiri sambil menatap perempuan yang sedang terlelap. Darah menetes dari wajahnya yang penuh luka, sedangkan di tangan kirinya ada sebilah pisau. Ketika ia akan menancapkan pisau itu, tiba-tiba saja perempuan itu terbangun.
"Ka-mu, si-apa?" tanya perempuan itu terbata-bata karena syok. Perutnya bergejolak saat melihat luka penuh darah dari wajah pria itu.
Tak ada jawaban. Pertanyaan perempuan itu, hanya dibalas dengan tatapan tajam dengan raut wajah penuh amarah. Akhirnya, dengan tubuh gemetar, perempuan itu turun dari ranjang dan berlari ke luar kamar memuju kamar Galuh, kakaknya. Untung pria itu tidak mengikutinya.
"Galuh, buka pintunya," teriak perempuan itu sambil sesekali melihat ke arah kamarnya.
"Ada apa sih, Cika? Ini masih dini hari, lho. Kamu udah bikin heboh aja." Galuh membuka pintu sambil mengucek-ucek mata.
"Galuh, di kamarku ada setan. Wajahnya penuh darah. Aku takut," ujar perempuan yang memiliki nama Cika itu.
"Apa? Kamu enggak bohong kan?" tanya Galuh. Perkataan Cika, membuat rasa kantuknya seketika lenyap.
"Serius, kamu enggak percaya? Ayo, kita ke kamarku, tapi kamu jalan duluan." Cika menarik Galuh untuk berjalan di depannya.
Galuh berjalan perlahan. Jantungnya berdetak kencang. Ia takut, apa yang dikatakan Cika benar. Pasalnya, ia beberapa kali mimpi hal yang sama. Keringat mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Suasana malam yang sunyi semakin membuat tegang, bahkan Cika memegang erat tangannya. Ia masuk ke kamar Cika. Ia memindai setiap sudut kamar. Tidak ada apa-apa. Hanya ada boneka beruang besar dan bantal boba.
Baru satu minggu, Galuh dan Cika menempati rumah ini. Namun, mereka berdua mulsi menemukan keanehan-keanahen, seperti terdengar suara gamelan ketika tengah malam, lampu yang tiba-tiba mati, suara orang yang mengobrol di ruang tamu dan malam ini muncul sosok pria dengan setelan jas hitam dengan wajah yang sangat buruk rupa.
Sudah empat kali, ia bermimpi teror hantu pria berjas hitam dengan wajah rusak. Meski rumah ini begitu mewah dan megah serta kelihatannya nyaman untuk ditinggi. Namun, jik terus mendapat teror seperti hari ini. Akhirnya, mereka sepakat untuk menjualnya kembali. Ternyata mereka berdua adalah orang ke-7 yang membeli rumah itu dan juga paling lama bisa bertahan. Pembeli-pembeli sebelumnya, hanya kuat satu atau dua hari saja.
Setelah kejadian semalam, Galuh dan Cika langsung mengemasi barang-barangnya. Mereka ingin secepatnya meninggalkan rumah berhantu dan lelah terus-terusan merasa ketakutan. Hari ini, mereka berencana untuk mencari rumah yang dikontrakan untuk sementara waktu. Mereka berharap, rumah ini segera menemukan pembelinya.
***
Perempuan berkebaya merah menatap rumah megah di hadapannya. Dua hari yang lalu, ia berhasil membeli rumah ini dengan harga yang cukup murah. Harga untuk rumah semegah ini, biasanya kisaran 1-2 milyar. Namun, ia bisa membelinya dengan harga 900 juta saja. Baginya bukan banyaknya nominal yang harus dikeluarkan, tetapi ia merasakan aura aneh dari rumah ini. Aura penuh dendam yang selama ini, dicarinya.
Ia membuka gerbang sambil menyeret koper, lalu membuka kunci pintu utama dan masuk ke rumah. Keadaan di rumah sudah tertata rapi. Lemari, meja, kursi dan perlengkapan rumah lain sudah tersedia. Ia tinggal masuk saja.
Hari sudah mulai gelap, perempuan itu mulai mencium aroma busuk, seperti bangkai. Ia sudah terbiasa dengan aroma-aroma semacam ini. Tak berselang lama, suara gamelan terdengar dari arah ruang tengah. Ia menyimpan koper dan melangkah ke sana. Tiba-tiba suara itu menghilang.
"Heh, kalian takut padaku rupanya," dengus perempuan itu.
Perempuan itu kembali lagi ke tempat semula, lalu menyeret koper menuju lantai atas--kamarnya. Aura negatif di kamar ini lebih besar daripada di bagian lain rumah ini. Ia sangat senang. Sudah waktunya, ia mempraktekan ilmunya untuk membalas dendam pada penduduk desa ini. Penduduk yang menuduh dan mengusirnya atas suatu perbuatan yang tidak dilakukannya.
Perempuan bernama Sari itu membaringkan tubuhnya di kasur. Ia merasa lelah sekali setelah melakukan suatu pekerjaan. Tengah malam nanti, ia juga harus bangun untuk melakukan pekerjaan yang lebih berat lagi. Ia belum membereskan baju-baju di koper. Biarlah besok saja. Ia pun tertidur tanpa mengganti pakaian karena ia harus memakai pakaian yang sama nanti malam.
Baru saja satu jam, Sari terlelap. Semilir angin terasa begitu dingin, ia merapatkan selimut. Namun, dari bawah kasur ke luar sosok pria berjas sama persis dengan sosok pria yang mendatangi Cika. Pria itu memegang pisau dan mengarahkannya ke kepala Sari. Namun, saat pisau itu hendak mengenai kepala Sari. Ia menghindar dengan cepat. Kemudian menatap pria berwajah penuh luka dan darah itu.
"Hai, kamu mau membunuhku?" tanya Sari dengan berani. Ia tidak takut sama sekali dengan hal-hal gaib, bahkan ia sering melihat berbagai macam sosok.
Pria itu melihat Sari penuh amarah.
"Kamu tidak bisa menjawab? Apa pita suaramu sudah rusak? Kalau begitu jawab pertanyaanku dengan isyarat. Jika jawaban 'iya', maka anggukkan kepala satu kali. Kalau jawaban 'tidak', kamu tinggal anggukkan kepala dua kali," jelas Sari.
"Apa kamu memiliki dendam pada seseorang sehingga kamu menakuti penghuni rumah ini?"
Pria itu menganggukkan kepala satu kali.
"Baiklah. Tujuan kita sama. Tengah malam nanti, kamu akan aku panggil ke sini. Sekarang kamu pergilah. Ada yang harus aku kerjakan sekarang juga." Usir Sari.
Tiba-tiba pria berjas itu, hilang.
"Sekarang saatnya bergerilya." Sari tersenyum misteriu. "Tunggulah pembalasanku." Ancamnya.
Sari keluar dari kamar, lalu menuju arah dapur. Kemudian memgambil pisau dan menyelapkannya di belakang punggung. Ia membetulkan riasan yang sedikit rusak. Bisa kacau, riasannya amburadul. Bisa-bisa, ia tidak bisa mencari mangsa. Setelah semua rapi, ia pergi ke luar rumah untuk mengerjakan misinya.
***
Sari menyeret mayat pria menuju kamar yang sudah ia persiapkan sepuluh menit yang lalu. Ia mendapatkan mangsa dengan mudah tanpa rintangan. Ya, mencari laki-laki mata keranjang lebih mudah daripada mencari laki-laki yang baik. Tinggal mengeluarkan jurus maut ala wanita malam atau tinggal angkat rok saja. Lelaki macam itu akan langsung tergoda. Setelah termakan rayuan dan mengajak lelaki itu ke tempat sepi. Di sanalah, ia melakukan aksinya.
Saat lelaki itu memeluk Sari dengan erat. Pelan, Sari mengambil pisau dari balik bajunya. Ia tersenyum misterius sambil mengangkat tangan dan menusuk punggung lelaki itu. Seketika lelaki itu mengerang kesakitan. Setelah lelaki itu melepas pelukan. Sari kembali menancapkan pisau itu ke arah dada. Seketika pria itu menghembuskan napas terakhir. Lantas, ia membaca mantra agar bisa mengangkat tubuh pria itu menuju rumah. Sayangnya ilmu itu hanya mempan selama sepuluh menit saja.
Sari melihat jam di dinding menunjukan pukul 23.59 WIB. Satu menit ritual pemanggilan roh akan harus segera dimulai. Ia meletakkan mayat itu di depan. Kemudian ia menyiapkan kemenyan, lalu menyalakan lilin.
"Wahai Roh penunggu rumah ini, cepat datanglah padaku! Aku ingin membuat perjanjian denganmu," ujar Sari sambil membaca mantra-mantra yang lainnya.
Angin tiba-tiba berembus dengan kencang. Aroma busuk mulai tercuim. Sari tersenyum senang. Tak perlu waktu lama untuk memanggil roh itu. Pria berjas yang tadi bertemu dengannya muncul dihadapannya.
"Akhirnya, kamu datang juga. Silakan kamu masuk ke dalam tubuh itu dan balaskan dendammu. Setelah urusanmu selesai, kamu harus membantuku untuk membalaskan dendamku pada warga kampung ini." Sari mencoba untuk bernegosiasi.
Pria itu mengangguk, lalu ia mendekati mayat pria dengan mata melotot dan wajah pucat pasi. Ia pun masuk ke dalam tubuh itu sambil diiringi mantra yang diucapkan Sari. Tak lama kemudian, mata mayat itu terbuka.
Sari senang ritualnya berhasil. Mayat pria itu berdiri sambil menatap kearah Sari. Sari mengambil pisau dan memberikannya pada pria yang ia beri nama Jaka. Ia menyuruh Jaka untuk menyelesaikan dendamnya. Setelah itu ia meminta Jaka untuk meneror warga desa sekitar dan melenyapkan orang-orang yang telah menfitnahnya, yaitu Bapak Anto-- kepala Desa, Tio--anaknya--Pak Sobur dan Juragan jengkol, Rustandi.
Jaka menuruti perintah Sari. Ia ke luar rumah sambil membawa pisau. Matanya menatap tajam ke jalanan. Sari tidak tahu, Jaka dendam pada siapa. Itu bukan urusannya yang terpenting tujuannya mengeyahkan desa ini tercapai.
***
Teror demi teror terjadi di Desa Rawa bahkan ada dua orang yang ditemukan tewas di kebun. Dua orang itu adalah Tio dan Rustandi. Tidak hanya itu, warga desa jadi diliputi rasa takut karena mereka mulai melihat sesuatu yang aneh.
Sari mendengar berita itu hanya tersenyum. Dua orang sudah berhasil, ia singkirkan. Tinggal kepala desa saja. Ia tak sabar mendengar berita tentang Anto, pria yang turut andil saat pengusirannya. Pria itulah yang menjadi provokator utama dan menfitnah Sari sebagai wanita malam. Hanya karena Sari tak menerima lamarannya.
Dua hari setelah kematian Tio dan Rustandi, warga dikejutkan dengan kematian Anton yang tergantung di pohon beringin dengan wajah penuh luka dan lidah menjulur keluar. Warga semakin panik dan memutuskan untuk meminggalkan Desa itu karena polisi pun belum berhasil juga menangkap pelakunya. Mereka yakin dibalik kematian Tio, Rustandi, Anton serta empat warga lainnya adalah perbuatan roh yang mau balas dendam. Mungkin ada perbuatan salah satu warga yang membuat roh itu marah.
Akhirnya kampung itu kosong tanpa penghuni. Hanya ada Sari yang tinggal di rumah mewah. Perempuan itu merasa senang sekali. Dendam pada semua warga di sana sudah terlaksana. Sekarang tinggal rencana selanjutnya. Ia akan membangun kampung itu menjadi yang ia inginkan.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, angin berembus sangat kencang. Sesosok pria muncul dari balik pintu sambi memegang pisau penuh darah di tangan kanannya. Pria itu berjalan mendekat ke arah Sari yang sedang berusaha menghalau angin.
"Dendammu sudah aku laksanakan. Sekarang giliran aku membalaskan dendamku," ujar pria itu sambil langsung menancapkan pisau ke perut Sari secara bertubi-tubi.
Sari yang tidak pernah menyangka akan termakan perbuatan sendiri. Ia terkulai lemah dengan darah yang mengucur deras. Matanya menoleh ke arah pria itu yang ternyata adalah Jaka. Jaka tertawa terbahak-bahak melihat ke arah Sari.
"Ke-ke-napa, Kamu membu-nuhku?" tanya Sari terbata-bata sambil menahan sakit. Kemudian ia mengembuskan napas terakhir sebelum mendengar alasan Jaka. Bersamaan dengan itu roh dalam diri Jaka pun ikut keluar dan terbang ke angkasa.
Sari tak menyadari kehadiran orang lain di rumah itu. Orang itu keluar dari tempat persembunyian dan melangkah mendekati mayat Sari.
"Rencanaku akhirnya berhasil juga. Maafkan, aku kakak kembar karena telah mrmbuatmu mati secara mengenaskan seperti ini," ujar orang itu yang ternyata adalah saudara kembar Sari yaitu SARAS.
Daftar Chapter
Chapter 1: Buta
1,803 kata
Chapter 2: Lunas
1,443 kata
Chapter 3: Ruang Bawah Tanah
1,415 kata
Chapter 4: Diteror Mantan Hantu
1,653 kata
Chapter 5: Semua Salah Kalian
625 kata
Komentar Chapter (0)
Login untuk memberikan komentar
LoginBelum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!