')">
Progress Membaca 0%

Chapter 3: Tenda Pertama

Aulia Hasna Kamila 16 Sep 2025 662 kata
GRATIS

Bus melaju membelah jalan raya, melewati persawahan hijau, bukit-bukit kecil, hingga deretan warung pinggir jalan yang kadang menampakkan papan nama unik. Perjalanan menuju Jambore Nasional memang panjang, tapi bagi Rey dan kawan-kawan, setiap menitnya terasa penuh cerita.

“Eh, eh, lihat deh!” seru Yoga sambil menempelkan wajah ke kaca jendela. “Ada kambing naik motor tiga!”

            Spontan semua menoleh, dan benar saja – seorang bapak dengan motor bebek tua melintas di samping bus, membawa dua ekor kambing di boncengan, satu lagi di pangkuannya.

            Seluruh isi bus tertawa ngakak. Bahkan pembina yang biasanya paling serius, Kak Dimas, sampai ikut geleng-geleng kepala.

“Cuma di jalanan Indonesia, hal-hal begini bisa terjadi,” komentarnya dengan nada bercampur heran dan kagum.

            Rey sendiri ikut tertawa, meski dalam hatinya ia sadar momen ini akan jadi bahan cerita berulang kali selama jambore.

“Bayangin kalau kambingnya ikut jambore juga,” celetuk Ardi, membuat tawa semakin pecah.

            Di bagian belakang bus, suasana malah makin riuh. Seseorang mulai mengetuk-ngetuk botol minuman sebagai pengiring, sementara yang lain kompak menyanyikan lagu pramuka dengan nada seenaknya. Lagu itu seharusnya terdengar gagah, tapi karena liriknya dimodifikasi seenak perut, jadinya malah seperti lagu parodi.

“Di sini senang, di sana senang … yang penting makan siang jangan telat!”

            Yoga berperan jadi dirigen, mengibaskan tangan ke kiri kanan, sementara Fadil – yang suaranya cempreng – dengan percaya diri mengambil nada tinggi.

            Rey menepuk jidat, tapi ia ikut tertawa juga. Ia tahu, inilah bagian dari perjalanan yang tak bisa dibeli dengan apapun: kebersamaan yang riuh, konyol, dan penuh kejutan.

            Ketika tawa mulai mereda, suasana berganti menjadi lebih hangat. Beberapa anak mulai bercerita tentang alasan mereka ingin ikut jambore. Ada yang ingin menambah teman, ada yang penasaran dengan suasana perkemahan raksasa, ada pula yang diam-diam berharap bisa bertemu “jodoh masa depan.”

“Eh Rey, kalau kau sendiri?” tanya Yoga tiba-tiba. “Apa alasan mu ikut jambore?”

            Pertanyaan itu membuat Rey diam sejenak. Ia melirik keluar jendela, melihat sawah yang terbentang, lalu menjawab pelan,

“Aku cuma pengen … ngerasain semua ini. Katanya jambore itu pengalaman sekali seumur hidup, jadi aku enggak mau nyesel kalau nggak ikut.”

            Teman-temannya mendengarkan dengan serius. Yoga, yang biasanya suka bercanda, malah ikut mengangguk.

“Bener juga sih. Siapa tahu, di jambore nanti, ada sesuatu yang bakal kita inget selamanya.”

Dan entah kenapa, kalimat itu terasa menempel di hati Rey.

            Bus terus melaju, membawa mereka semakin dekat ke lokasi jambore. Suasana kembali meriah dengan cerita-cerita konyol, lagu, dan tawa yang tak ada habisnya. Perjalanan panjang itu mungkin melelahkan, tapi sama sekali tak pernah sunyi.

            Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menyisakan semburat oranye keemasan yang menari di atas pepohonan. Suasana di bumi perkemahan berubah drastis. Jika siang tadi riuh dengan teriakan, tawa, dan langkah terburu-buru, kini suara jangkrik mulai mendominasi. Api unggun di beberapa titik sudah menyala, memancarkan cahaya hangat yang menyingkap bayangan wajah para peserta Jambore.

            Rey duduk bersandar di depan tenda yang baru selesai mereka pasang. Nafasnya terengah, keringat masih menempel di pelipis, tapi senyum puas mengembang. Tenda itu memang tak sempurna, miring sedikit ke kiri, tapi tetap kokoh berdiri.

“Ya ampun, akhirnya selesai juga,” ujar Guntur sambil merebahkan tubuhnya ke tanah. “Aku sumpah, kalau ada lomba siapa yang paling cepat kelelahan, aku pasti juara satu.”

“Juara satu karena malas,” timpal Yoga dengan tawa terbahak. 

Daftar Chapter

Chapter 1: Persiapan Jambore

790 kata

GRATIS

Chapter 2: Perjalanan Kita Berawal dari S...

773 kata

GRATIS

Chapter 3: Tenda Pertama

662 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 4: Perjalanan Panjang

796 kata

GRATIS

Chapter 5: Kisah Besar

807 kata

GRATIS

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!