')">
Progress Membaca 0%

Chapter 3: Captain Geng!

Garlicc 29 Aug 2025 1,034 kata
GRATIS

“Apa yang kalian inginkan?”

“Wah! Ini dia yang kita tunggu dari tadi!” seru seorang gadis dengan rambut pirang sebahu, pakaiannya ketat dan pendek. Gadis itu berjalan ke arah Damara dengan memainkan permen karet yang ada di dalam mulutnya. 

Ada sekitar 7 remaja laki-laki maupun perempuan yang saat ini mengepung Damara. Wanita hamil itu meneguk ludahnya susah payah. Dia bisa mengira jika umur anak-anak remaja ini tidak lebih dari 17 tahun, tapi karena tinggi badan mereka menjulang lebih dari dirinya membuat dia mengumpat dalam hati. 

Sialan sekali dia pendek, tidak seperti kakak-kakaknya yang tingginya hampir menyundul langit. Dia benci dengan kenyataan tersebut, yang kini membuat dia tampak sepantaran dengan remaja nakal ini. 

"Apa mau kalian?”

Satu orang tertawa, semuanya ikut tertawa. Damara mengeratkan genggamannya pada kantong yang berisi permen dan memeluk perutnya sendiri. 

“Kau ini sudah kecil, tidak pintar lagi,” ejek yang lainnya dengan tawa yang ingin sekali Damara tendang dengan bokongnya. 

“Tidak perlu basa-basi, cepat serahkan semua perhiasan dan dompetmu!” todong gadis pirang tersebut dengan menyodorkan sebuah pisau ke depan Damara. 

Wanita itu spontan melangkah ke belakang, tapi dia tetap tidak bisa bergerak ke mana pun karena dia telah dikepung. 

Damara merasakan napasnya memburu, matanya melirik ke kanan dan kiri dengan acak, ponsel di tangannya semakin dia genggam erat. 

“Kalau aku tidak mau, bagaimana?”

“Oh? Kau tidak mau? Kalau begitu—“ Telapak tangan si gadis hampir akan melayang menampar pipi Damara, tapi sebelum itu terjadi suara serak laki-laki dewasa menghentikan mereka. 

“Apa ini, Vion? Kalian sudah aku beritahu untuk belajar ujian kelulusan, kan? Kenapa masih ada di sini?”

“Captain!”

Vion, gadis itu segera menyembunyikan pisau tersebut dibalik punggungnya. Seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam dengan topi merah membelah kerumunan dan berdiri di damping targetnya malam ini. “Maaf, tadi, tadi—“

“Alasan! Jika dalam waktu sepuluh menit kalian semua tidak sampai ke markas, aku akan menghukum kalian.” Kalimatnya penuh ancaman dengan penekanan di sepanjang kata. 

“Aku tahu, aku mungkin tidak bisa menghukum kalian seperti minggu lalu. Tapi, jangan lupa jika aku bisa menghukum kalian sesuka hatiku. Aku bahkan sudah menyiapkan berbagai soal yang telah aku rangkum sebelumnya dan jelas itu tidak akan mudah.”

Ada jeda kelenggangan yang mencekam mereka semua, tak terkecuali Darama yang tiba-tiba saja ikut merasa takut dengan ancaman yang diberikan oleh laki-laki asing ini. 

“Sekarang ada dua pilihan, kalian menurut atau menerima hukumanku?”

Semuanya berhamburan, berlari pontang-panting menaiki motor-motor besar yang ada jauh dari sana. Pergi menjauhi Damara dengan laki-laki tersebut.

“Sialan, anak-anak itu,” gumam Damara dengan mata yang terpejam merasakan kelegaan yang membebaskan rasa takutnya, dia elus perutnya dengan lembut. 

“Nah, sekarang berikan bagianku.”

Damara dengan cepat menoleh menatap pada laki-laki tersebut. “Bagian? Bagian apa maksudmu? ”

Decakan keluar dari bibirnya, membuka topi kemudian menyugar rambut hitam lebatnya dan menatap Damara yang hanya setinggi dada. “Kecil sekali kau ini, manusia atau rumput taman?”

“Hey! Mulut kurang aja!” Untuk melampiaskan rasa kesalnya, Damara menendang lutut laki-laki itu berulang kali. 

“Aduh! Hey! Kau itu sudah aku tolong, tidak ada rasa terima kasihnya sama sekali!” Laki-laki asing itu menjerit-jerit seperti seorang wanita yang hendak dilecehkan. 

Damara menghentikan tendangannya dan mendengkus. “Urusi saja anak buahmu itu, Captain!” katanya sembari berlalu dan akan membuka pintu mobil, tapi lagi-lagi ada yang mencegahnya. 

Pintu mobil ditutup paksa, lalu tubuh Damara dibalik dan dikurung dalam lengan keras laki-laki tersebut. Damara kesal sekali, karena dia harus mendongak lebih dari yang biasanya dia lakukan hanya untuk menatap mata biru terang di atas sana. 

“Apa lagi yang kau mau!”

“Aku bilang, aku ingin bagianku.” Tekannya dengan nada yang mengancam. Namun, yang terdengar di telinga Damara malah suara yang menurutnya lucu. 

“Bagian apanya, sih! Nggak ada bagian-bagian untukmu atau untuk anak buah remaja kurang ajarmu itu!” teriak Damara dengan memukul dada laki-laki tersebut dengan sekuat tenaga, mencoba menghilangkan rasa lucu tersebut. 

“Aduh! Aduh!” Menyingkir dari depan Damara, Captain mengelus dadanya yang terasa sakit. “Tanganmu kecil, tapi tenagamu seperti kingkong, ya.”

“Dasar kurang ajar!” Damara sangat kesal, sangat kesal! “Kau itu yang anak kecil! Remaja nakal!”

“Aku bukan remaja," protes Captain sewot. 

“Kalau begitu aku juga bukan anak kecil, aku 26 tahun!” Damara membela diri dengan segenap harga dirinya. 

“Kebohongan macam apa itu?”

Damara memejamkan matanya dengan menghela napas kasar, lalu dengan sangat cepat dia kembali membuka pintu.

“Eyy, mau ke mana kau?” Rupanya pintu mobil telah ditahan oleh ujung kaki Captain, itulah kenapa Damara tidak bisa membuka pintu dengan mudah. 

Damara menghela napas kasar. “Kalau kau terus memaksa seperti ini, aku akan menghubungi suamiku!”

“Ouh! Anak kecil sudah bersuami. Silakan, telepon saja kalau dia mau mengangkatnya.” Captain hanya menumpu kedua tangan di depan dada dan memperhatikan Damara yang tidak kunjung berhasil menelepon suaminya. “Astaga, itulah makanya. Jangan menikah di usia muda, selingkuh `kan suamimu itu.”

Deg! Damara merasakan tekanan dalam hatinya, pikiran negatif yang sangat dia hindari untuk kesehatannya. “Jaga mulutmu!”

“Baiklah, baiklah,” ucapnya dengan mengangkat kedua tangan ke atas. “Karena suamimu yang setia itu tidak mengangkat telepon istrinya yang keluar pukul tiga pagi, maka kau harus memberikan apa yang aku inginkan, begitu `kan?”

Damara menyerah, wanita itu mengusap hidungnya yang mulai berair karena cuaca yang semakin dingin. “Ya, aku akan memberikannya. Apa mau mu?”

“Rokok, aku ingin rokok.”

Kentara sekali pria asing ini ingin memorotinya. Baiklah, hanya rokok. 

Keduanya berjalan masuk ke dalam supermarket. Di depan kasir laki-laki tersebut mengucapkan merk rokok dan Damara segera membayarnya. 

Menyelesaikan transaksi, Damara bergegas pergi keluar dan berjalan ke arah mobilnya. Sebelum memasuki mobil, wanita itu berbalik badan. 

Menatap captain anak nakal itu bersandar di tiang listrik di samping mobilnya sembari menyulut rokok. “Dengar! Semoga Tuhan tidak mempertemukan kita, karena kita tidak akan pernah bertemu kembali! Sial sekali aku!”

Tawanya berderai mendengar teriakan Damara yang mengalun membelai pendengarannya. Asap rokok membumbung tinggi, tangan kirinya tersimpan apik di dalam saku celana. 

“Jangan seperti itu, Kalau kita jodoh, Tuhan pun tidak akan bisa mencegah pertemuan kita selanjutnya!”

“Remaja gila!” 

Damara masuk ke dalam mobil, menjalankannya setengah emosi pergi dari sana. Jalanan malam yang lengang membuat dia dengan senang hati meninggikan kecepatan dan tiba di rumah lebih cepat. 

Sebelum dia turun dari mobil, sesuatu telah menyita perhatiannya. Ada mobil lain di sebelah mobilnya, itu berarti Jarello telah pulang.

Daftar Chapter

Chapter 1: Rencana Awal.

1,012 kata

GRATIS

Chapter 2: Little Candy.

1,091 kata

GRATIS

Chapter 3: Captain Geng!

1,034 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 4: Pencuri!

999 kata

GRATIS

Chapter 5: Sweet Strawberry.

1,026 kata

GRATIS

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!