Chapter 2: Ada Jarak Di Antara Pelangi
Adrian pun berhenti, tidak lagi ingin membalas Meira. Perempuan itu merasa kemenangan berada di tangannya.
"Huss." Kali ini Daru yang menghentikan tingkah Meira.
"Kalau gue jauh, kalian masih mau temenan sama gue, kan?" pertanyaan Hanna membuat semua mata menatapnya.
"Maksud lo?" tanya Adrian. Alis tebal lelaki itu bertaut, ditambah mata bulat yang menatap tajam.
“Yaaaa, gue takut aja kalau kalian bakal menjauh dari gue.”
"Jarak itu cuma perkara geografis, Han. Lo gak perlu khawatir soal yang lainnya," sergah Daru.
"Iya, Han." Stanly ikutan bersuara. Sahabat Hanna yang satu ini memang tidak banyak bicara. Dia sedikit berbeda. Meski memiliki otak yang cerdas, Stanly mengalami kendala dalam berkomunikasi. Lelaki yang memakai kacamata tebal itu sedikit gagap. Dia hanya lancar pada kalimat pendek.
"Kita akan selalu bersahabat, walau terpisahkan oleh benua sekalipun." Meira memeluk Hanna.
"Kita harus jaga komunikasi, ya." Suara Hanna mulai bergetar. Meira mengangguk.
"Iya lah, Han. Teknologi sekarang kan udah canggih. Kita bisa video call setiap waktu." Rianti ikut menempelkan tubuhnya pada Meira.
Daru menatap ketiga sahabat perempuannya itu lebih lama. Dia tidak menyangka persahabatan itu telah berjalan sejauh ini. Lima tahun mereka menghabiskan banyak hari bersama. Belajar, bermain, nongkrong. Semua mereka lakukan bersama. Namun sebentar lagi salah satu dari mereka akan mengejar impian. Sebagai sahabat semua mendukung impian Hanna. Meski dengan hati yang berat, karena geng Rainbow bukanlah pelangi tanpa Hanna, si penyuka warna kuning.
"Lo gimana, Stan?" Hanna menepuk pundak Stanly pelan. Seketika lima pasang mata beralih menatap laki-laki yang mengenakan kacamata tebal. Geng Rainbow tahu bahwa Stanly telah diterima oleh sebuah universitas negeri melalui jalur prestasi.
"Gue?" tanya Stanly sambil mengarahkan telunjuk pada diri sendiri.
"Iya. Lo gimana. Jadi mau ambil jurusan apa?" tanya Daru.
"Gu … gu … Gue ambil jurusan akuntansi," jawabnya terbata-bata.
"Calon akunting di geng Rainbow," ucap Meira antusias.
Stanly membetulkan letak kacamatanya. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak nyaman ketika menjadi topik pembicaraan.
"Lo sendiri gimana, Mei?" Daru kembali mengambil alih. Dia tau Stanly tidak nyaman. Oleh sebab itu, sosok yang paling bijaksana di geng Rainbow langsung mengganti tokoh yang akan menjadi pusat pembicaraan.
Hanya dalam hitungan detik, mata mereka kini tertuju pada Meira. Stanly bernapas lega. Dia melirik pada Daru yang menaikan alis. Kemudian mengangguk, sebagai isyarat terima kasih pada Daru.
"Gue?" Meira memutar bola mata. Dia ingin memberitau sesuatu pada kelima sahabatnya. “Gue ….”
Kalimat Meira terhenti oleh celetukan Adrian. “Lama deh, Mei. Ada apa? Tinggal kasih tau aja.”
"Ish …." Meira mengerling pada Adrian. Lelaki itu menaikan satu sudut bibirnya.
Rianti menyenggol bahu Adrian pelan. Sebuah kode agar tidak memperpanjang persoalan tidak penting itu.
"Kenapa, Mei?" tanya Hanna.
“Gue diterima untuk jadi model iklan.”
Hanna dan Rianti berteriak histeris, membuat tiga laki-laki yang ada di dekat mereka terperanjat bersamaan.
"Gila ya, kalian. Teriaknya nyaring gitu," tekas Adrian sambil mengelus dadanya. “Jantung gue nyaris lompat.”
Meira memang tidak seberuntung kelima sahabatnya. Dia tidak bisa melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Hidup bersama seorang single mom yang bekerja sebagai buruh pabrik, membuat Meira harus mengubur impiannya untuk berkuliah. Bahkan selama ini Meira ikut membantu ibunya mencari nafkah dengan menjadi affiliate.
"Dri," suara Hanna membuat Adrian tidak melanjutkan gerutunya.
"Iklan apa, Mei?" Rianti tidak kalah antusiasnya dengan Hanna.
"Iklan biskuit," jawab Meira sambil tersenyum.
"Waaah. Ber … ber … berarti di Geng Rainbow a … ada mo … mo … model, dong." Stanly baru saja menyelesaikan kalimatnya.
"Jadi geng Rainbow tuh benar-benar beragam, ya," timpal Daru. Tatapan Daru bertemu dengan Hanna, membuat lesung di pipi gadis itu.
"Lo sendiri gimana, Ru?" tanya Adrian.
"Gue udah daftar kuliah broadcasting."
Geng Rainbow masih duduk di gazebo belakang rumah Hanna. Itu adalah basecamp mereka. Tempat berkumpul, berbagi cerita, bertukar canda dan tawa. Mereka telah sampai di ujung masa abu-abu yang katanya merupakan titik awal untuk meraih mimpi. Di gazebo ini mereka mengukir impian.
Daftar Chapter
Chapter 1: Warna Pelangi
562 kata
Chapter 2: Ada Jarak Di Antara Pelangi
666 kata
Chapter 3: Janji Rainbow
557 kata
Chapter 4: Baper
562 kata
Chapter 5: Adrian Si Merah
587 kata
Komentar Chapter (0)
Login untuk memberikan komentar
LoginBelum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!