')">
Progress Membaca 0%

Chapter 4: Bab 4. Masih Begini

Nitaosh94 15 Aug 2025 1,085 kata
GRATIS

Hidup masih seperti ini saja dari dulu. Interaksi aku dan Arsen juga begitu. Semua masih sama. Tidak ada perubahan. 

 

Tiba di sekolah, kami berdua menerima hukuman karena telat. Sepanjang menjalani hukuman, Arsen tidak henti-hentinya mengomel. "Ini semua gara-gara lo! Lo, sih! Lama banget! Pakai segala gak mau ikut lagi!" 

 

"Hei! Lo sendiri yang maksa gue ikut!  Kenapa Lo juga yang ngomel-ngomel, hah?" Aku tidak ingin mengalah.

 

"Ternyata cewek itu kalau gak ngomel sehari aja gak bisa, ya. Udah jadi ciri khas." Arsen mengambil kain, lalu masuk ke toilet. Dia meninggalkan aku yang masih mengepel di depan toilet. 

 

"Arsen nyebelin!" teriakku sambil mengepel.

 

Semua masih seperti biasa. Asen masih Arsen yang dulu. Waktu tidak bisa mengubah dirinya. Sifatnya masih sama.

 

"Isti! Isti! Ada kecoa!" Baru saja aku mau beranjak dari tempat ini, dia sudah memanggil namaku.

 

"Isti! Mana, sih lo? Ini ada kecoa!" Dia kembali berteriak.

 

"Tinggal dimatikan aja! Ribet amat, sih!" Aku geram, lalu menghampiri dan memarahinya.

 

"Apaan, sih lo! Ting—" Omonganku terhenti. Arsen melempar kecoa ke arahku. 

 

Setelah aku lihat, ternyata itu kecoa mainan. "Apaan, sih! Gak lucu tahu!"

 

Aku kembali ke kelas dengan wajah masam. Dalam hatiku masih kesal. Masih tidak terima dengan perlakuan Arsen barusan. Sangat menyebalkan.

 

Mumpung sudah jam istirahat, aku mengeluarkan handphone, lalu mengecek DM dari Abigrade.

 

[Hai, kamu lagi kesal, ya? Jangan kesal terus, mending senyum aja.]

 

Tahu saja, nih aku lagi kesal. Ada ikatan batin kali, ya. Haha, bisa pas banget. 

 

[Tahu aja kamu. Jangan-jangan .... Lo cenayang, ya? Hahaha.]

 

Adem banget kalau lagi chat-an sama si dia. Pengertian banget lagi. Semoga kelak bisa ketemu di dunia nyata. Mau lihat sebenarnya dia kayak gimana, sih. Apa seperti Abigrade bayanganku?

 

[Haha, ngawur. Kita, kan punya ikatan batin, wkwkwk.]

 

Aku hanya melihat pesan itu. Tidak ada yang bisa kubalas lagi. Aku hanya bisa tersenyum. 

 

"Isti! Isti!" Aku yang lagi bahagia ini, seketika telah dihancurkan begitu saja setelah mendengar teriakan dari Arsen.

 

"Arsenio! Punya masalah hidup apa, sih lo? Berisik banget, ganggu gue aja lo!" Arsen belum mengatakan satu kata pun. Aku pergi begitu saja meninggalkan dia setelah tiba di dalam kelas.

 

[Aku lagi sebel banget. Pengen cerita.] Aku memilih menghubungi Abigrade.

 

[Ada apa? Cerita aja.] Balasannya ini mampu menenangkan. Hatiku selalu tenang saat bercerita padanya.

 

Aku pun ceritakan semua keluh kesahku hari ini kepada dia. Dari awal sampai akhir, tetapi setelah menceritakan itu semua, aku malah merasa kayaknya gak harus seperti ini juga, deh. Apa pantas aku cerita semuanya sama dia? Sama orang yang hanya aku kenal di sosmed? 

 

Baru menyadari bahwa diriku ini salah. "Seharusnya aku gak seterbuka ini."

 

Sebelum Abigrade membaca pesanku ini, langsung kuhapus semua curhat dengan cepat. Tidak sampai dua menit, pesan ini sudah kuhapus.

 

"Untung aja dia belum baca." Aku merasa lega, tetapi kembali teringat lagi. Bagaimana, ya kalau dia menanyakan hal demikian? Masa aku harus jawab, gak jadi cerita?

 

[Mungkin lain kali aja, ya aku ceritanya.] 

 

Setelah aku jawab begini, dia pun langsung merespon chatku. Hanya dengan sepuluh detik saja. Ternyata, dia sudah menanti balasan dariku.

 

[Oke, baiklah. Senyamannya kamu aja.]

 

Astaga! Aku jadi tambah gak enak. Balasannya buat aku merasa bersalah. Ini kayak termasuk PHP gak, sih?

 

[Sorry, ya.] Setelah membalas ini, aku meletakkan handphone ke dalam tas.

 

Beberapa menit kemudian, terdengar notif Nstaku. Aku segera mengambil handphone dari dalam tas, lalu mengecek pesan itu.

 

[It's okay. Have fun, ya.]

 

Serius? Dia jawab begini? Tandanya marah, kesal, atau baik-baik saja? Ya ampun! Kok, aku jadi gelisah begini, ya? Abigrade, please, jangan menjauh, ya. 

 

"Kenapa muka lo masam begini?" celetuk Arsen.

 

"Diam lo! Gue lagi gak mau debat!" Aku menundukkan kepala di atas meja.

 

"Idih! Sok-sokan! Siapa juga yang mau ajak lo debat? Bikin pusing aja tahu! Malesin banget." Arsen pergi begitu saja.

 

"Dasar, cowok nyebelin!" Aku menggebrak meja.

 

Semua ini terus terjadi. Aku dan Arsen tidak pernah akur. Tidak akan pernah ada kata itu di antara kami berdua. Sangat sulit.

 

Senyuman pun sulit untuk terlihat jika sedang bersamanya. Apalagi tawa lepas, tidak ada tawa melainkan wajah yang masam terus terlihat di wajah ini. Wajahku lama-kelamaan terlihat keriput dibuat olehnya.

 

Hidup bagaikan air yang mengalir.

Semua dibasahi tanpa terkecuali.

Tidak ada perbedaan sama sekali, satu dengan yang lain.

Semua orang mempunyai porsinya masing-masing, tanpa kecuali.

 

Bebas berinteraksi dengan siapa pun. Bebas memilih teman ataupun sahabat.

Semua itu pilihan dan bebas ditentukan masing-masing individu.

 

Bisakah kategori yang tidak termasuk di atas itu menjadi kenyataan?

Bisakah salah satu kategori dihilangkan?

Bisakah kita yang tidak dekat menjadi dekat?

Bisakah kita menjadi nyaman satu sama lain?

Apakah itu semua mungkin?

 

Hai, Isti! Apa kabar? Apakah itu semua mungkin? 

Bagaimana keadaanmu sekarang ini?

Apa mungkin?

Mungkinkah untuk kita?

 

Jika mungkin, tolong temui aku di seberang sekolahmu jam 5 sore.

 

Dari pengagum rahasiamu.

 

Selembar kertas yang bertuliskan ini, kutemukan di dalam laci mejaku. Sangat tidak terduga. 

 

"Siapa, sih orang yang menaruh kertas ini? Tebar pesona banget pakai kirim surat segala!" Aku melipat kembali kertas tersebut.

 

"Cie! Dari siapa, tuh?" Arsen mengagetkanku. Si jail kembali lagi. Aduh!

 

"Kok, muncul lagi, sih lo? Sana, pergi jauh-jauh!" Aku dorong dia keluar kelas.

 

"Gue, kan belum lihat isi surat itu. Kok, lo udah usir gue gitu aja? Lihat dulu, dong surat itu. Gue, kan pengen tahu." Arsen terus membujukku.

 

"Rese lo, ya! Sana pergi!" 

 

Arsen masih jail, kepo, dan rese. Emang menyebalkan! Sangat menyebalkan!

 

Di tengah emosinya aku, Abigrade mengirimi pesan.

 

[Aku punya firasat, deh. Kayaknya kamu lagi dalam suasana yang tidak baik-baik aja. Maksudnya perasaan kamu kayaknya sedang berkobar-kobar. Bener gak? Salah atau benar? Eits! Benar, kan? Pasti benar, kan? Ayo, ngaku! Gini, nih, kamu harus banyak sabar. Itu sih saran dari aku, hehehehe.]

 

Sabar? Kurang sabar apa coba aku? Hanya sesabar apa lagi? Ya ampun! Sabarku sudah habis, Abigrade!

 

[Kamu gak tahu gimana rasanya ketemu cowok yang nyebelin setiap hari. Aku ngerasain itu semua. Kamu tidak merasakannya.]

 

Aku membalas demikian. Dia pun tidak memberikan balasan apa pun. Hanya dibaca saja. Apa dia tersinggung?

 

Ya sudahlah. Terserah, sih! Abigrade dan Arsen apa keduanya memiliki sifat yang sama? Atau sebaliknya?

 

[Iya, maaf. Sorry banget. Aku gak tahu apa-apa. Sorry, ya. Have fun. Happy terus, ya.]

 

Apa? Balasannya begini? Sangat tidak terduga! 

Daftar Chapter

Chapter 1: Bab 1. Beginilah Kehidupan

1,038 kata

GRATIS

Chapter 2: Bab 2. Apa yang Dia Inginkan?

1,067 kata

GRATIS

Chapter 3: Bab 3. Melewati

1,080 kata

GRATIS

Chapter 4: Bab 4. Masih Begini

1,085 kata

GRATIS
SEDANG DIBACA

Chapter 5: Bab 5. Abigrade

1,077 kata

GRATIS

Chapter 6: Bab 6. Ingin Bekerja Sama

1,012 kata

10 KOIN

Komentar Chapter (0)

Login untuk memberikan komentar

Login

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama memberikan komentar!